Ledok Ombo Poncokusumo menjadi pilihan camping kedua. Setelah pilihan pertama yaitu Alas Bhelok yang berlokasi di Batu ternyata tutup untuk sementara waktu. Ketika memilih Ledok Ombo Bumi Perkemahan, tak lupa saya mengirim pesan ke admin yang nomornya saya dapatkan dari Google Maps. Disarankan untuk langsung datang saja ketika saya menyebutkan hanya tiga orang yang akan camping di sana.
Tanggal 4 Agustus 2023 hari Jumat kami putuskan untuk camping di Ledok Ombo Poncokusumo. Pulangnya Sabtu karena mikirnya kalo Sabtu Minggu pasti bakalan ramai pengunjung yang camping.
Persiapan Camping di Ledok Ombo Poncokusumo Malang
Sehari sebelumnya, saya mempersiapkan dua buah ransel milik saya. Keduanya merek Consina dengan kapasitas 35 dan 80 liter. Tiga buah sleeping bag juga saya bawa berikut baju ganti satu setel. Kompor dan panci untuk camping merek Eiger beserta gas botol sebanyak dua buah. Piring dan gelas plastik, sendok dan pisau juga turut serta.
Tak ketinggalan lauk seperti chicken wings yang sudah dimarinasi, sosis, kentang goreng frozen, lalapan dan nasi yang dibungkus daun pisang. Konon katanya nasi yang dibungkus daun pisang bakal awet sampai keesokan harinya. Ceritanya di sana tidak berniat masak nasi, hanya bikin lauk-lauk saja.
Snack, minuman sachet dan tiga botol minum juga dibawa. Tak ketinggalan sabun cuci piring dan sabutnya juga dibawa. Kalau lampu saya cuman bawa satu doang itu yang bentuknya bohlam untuk di dalam tenda.
Jumat pagi kami berangkat dengan dua motor. Saya menyetir sendiri motor dengan membawa ransel 35 liter di punggung. Sedangkan motor yang satunya, yang dibonceng membawa ransel 80 liter dan di kaki motor ada keranjang piknik berisi botol minum dll.
Rute Ledok Ombo Poncokusumo
Rute Ledok Ombo Poncokusumo Malang dari lokasi saya di Kedungkandang ternyata melalui Tajinan. Saya pikir ketika keluar dari GOR Kenarok belok kanan menuju Pakis, ternyata diarahkan oleh GMaps motong jalan dari rumah saya yang dekat dengan Tajinan. Ini mah saya sok tau, heuheu.
Menurut GMaps perjalanan menuju Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo dari rumah saya sekitar 40 menitan atau berjarak sekitar 22 kilometer. Tetapi perjalanan yang kami lakukan memakan sejam-an karena mampir dua kali ke Indomaret kemudian mampir ke tukang ban untuk menambah angin motor saya.
Perjalanan pagi itu tidak terlalu ramai karena melewati jalan dalam yang hanya muat untuk dua mobil berpapasan. Hingga akhirnya bertemu pertigaan dan masuk jalan yang cukup lebar dan teduh dengan pohon-pohon rindang. Tak lama bertemu pecabangan kecil ada tulisan Ledok Ombo dan kita menyerong ke kiri.
Jalanannya yang tidak mulus dengan di sebelah kanan sungai di bawahnya membuat kami untuk menyetir terus hingga bertemu tulisan Monggo Pinarak. Dan tibalah kami di salah satu tempat camping di Malang yatu Ledok Ombo Poncokusumo.
Lokasi Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo berada di Dusun III, Poncokusumo, Malang Regency, East Java 65157, Indonesia.
Tetapi karena kami datang di hari Jumat pagi, kondisi bumi perkemahan tidak ramai. Hanya kami yang baru kemping di sana.
Harga Tiket Masuk Ledok Ombo Bumi Perkemahan
Setelah parkir di parkiran motor, kami menuju pos jaga yang ada petugas. Untuk parkir kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 5,000. Kalau kendaraan roda empat kena biaya Rp 10,000. Untuk menginap camping di Ledok Ombo dikenakan biaya Rp 15,000 per orang untuk satu hari. Untuk sewa tenda Rp 40,000 dan biaya mendirikan tenda Rp 10,000. Kami tidak menyewa sleeping bag karena sudah membawa sendiri. Sangat cukup terjangkau untuk harga tiket masuk ke Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo.
Fasilitas di Camping Ground Ledok Ombo Poncokusumo
Fasilitas yang ada di hutan pinus camping ground Ledok Ombo Poncokusumo lumayan lengkap. Seperti toilet bersih, mushola, warung-warung (yang akhirnya kami nitip ngecharge HP), rumah pohon juga beberapa gazebo. Mushola dengan banyak keran, yang akhirnya saya gunakan untuk mencuci oiring di sana, ups..
DI luar camping ground itu sendiri ada beberapa cafe yang rame dikunjungi oleh biker mau pun non biker. Ada sungai kecil juga yang bisa Happy People datangi dan bisa main air atau mandi-mandi di sana.
Pengalaman Camping di Ledok Ombo Poncokusumo
Awal bulan Agustus Malang mulai berhawa dingin karena kena angin dingin dari Australia. Termasuk nekat ya? Dingin-dingin tapi kemping. Iya sih, dari pada kehujanan pas camping di musim hujan.
Kami disarankan untuk mendirikan tenda di depan warung, karena area yang ada rumah pohonnya besok mau dipakai oleh komunitas dari Gondanglegi. Tetapi petugas sih yang mendirikan tenda. Karena udah jago, sat set wat wet dalam sekejap tenda ukuran 3-4 orang sudah berdiri tegak.
Ada meja bangku kemudian dipindahkan dekat tenda, lumayan buat duduk dan meletakkan makanan dan alat makan. Kompor dan panci-panci dibuka dan kami masak air untuk menyeduh kopi dan ngemil. Jam makan siang masih satu jam lagi.
Anak saya dan temannya mengumpulkan ranting-ranting pohon dari sekitar hutan pinus untuk persiapan membuat api unggun malam hari. Sebetulnya ada sih untuk beli kayu bakar yang seikat hanya Rp 20,000 tapi itu tidak saya lakukan. Saya gak biasa tidur larut malam.
Setelah makan siang, kami semua masuk tenda. Suasana hutan pinus yang rindang dan adem membuat kami semua mengantuk dan tidur siang dengan nyenyaknya. Baru kali itu seumur hidup saya tidur siang di tenda.
Saya bangun tidur duluan dan melihat ada satu warung telah buka. Ada rombong telor congkel di depan warung dan saya membeli Rp 10,000 mendapat 24 buah. Saya juga bertanya ke pemilik warung apakah bisa mengecharge HP? Katanya bisa dengan membayar seikhlasnya. Saya memberi uang Rp 50,000 untuk membayar telor congkel dan deposit untuk ambil botol mineral dan mengecharge HP.
Kalau liat di Youtubenya orang Korea yang cewe-cewe kemping sendiri bawa mobil, mereka bawa Bluetti, itu tuh, pembangkit listrik portable. Tapi emang gede jadi kalau bawa mobil ya enak, kalau bawa motor duh jadi repot heu..
Saya makan telor congkel sendirian sambil merasakan kondisi yang akan terjadi malam hari. Pasti gelap! Dan saya hanya bawa satu buah lampu yang akan dipasang di dalam tenda. Pelajaran buat saya, harus punya lampu untuk di luar tenda.
Setelah anak-anak bangun, saya mengajak mereka untuk berjalan ke sungai kecil. Karena setahu saya ada sungai kecil dan untuk menuju ke sana kami kesasar beberapa kali karena memang jalanan sangat sepi.
Sungai dengan banyak batu-batu yang hati-hati kalau kalian jalan di dalam air ya licin. Ada dua buah talang air dari atas yang mengucurkan airnya ke bawah sehingga seperti air terjun mini. Sebetulnya kami ingin ke ujung sungai yang ada banyak batu dan aliran air seperti air terjun tetapi banyak pesepeda sedang beristirahat dan mereka masak-masak di pinggir sungai. Seru banget!
Wisata alam Malang yang sangat kami rindukan karena jarang kami temui di kehidupan sehari-hari. Suasana sungai kecil dengan hutan pinus memberi memori tersendiri untuk saya dan anak-anak. Setelah puas berfoto kami kembali ke tenda dan bersiap untuk makan malam.
Makan siang yang kami makan bekal, kalau makan malam kami perlu masak-masak sedikit. Menggoreng kentang, chicken wings, sosis sebagai lauk. Ada lalap daun singkong dan timun juga sambal melengkapi makan malam kami. Makan diterangi dengan cahaya dari masing-masing HP dan api unggun kecil yang akhirnya membuat saya tidur lebih awal.
Sekitar jam 10-an malam saya mendengar ada mobil dan motor masuk, sepertinya pengunjung yang camping juga. Malam itu dingiiin sekali tetapi saya bisa tidur dengan sleeping bag lumayan hangat.
Saya terbangun saat Subuh matahari belum ada dan melihat suhu di HP ternyata 19⁰ C. Saya langsung terbirit-birit sendirian ke toilet karena perut mules. Setelah kembali ke tenda, saya takjub dengan diri ini, ih saya kok berani ya sendirian jalan, padahal gelap dan sepiii. Untung gak ada yang manggil dan nyolek saya, haaaa.
Entah berapa suhu di luar tenda. Mengenakan jaket saya membuka kompor dan panci dan membuat teh di teras tenda. Di luar dingin sekali gak sanggup deh masak-masak dengan kabut yang masih rendah. Saya mulai memasak sisa lauk untuk sarapan nanti. Tak lama anak-anak bangun kemudian mereka sarapan dengan tidak bersemangat.
Trus ngapain lagi yah supaya pada semangat? Saya jadi teringat dengan sungai kecil kemarin sore kami datangi. Kemudian ada ide untuk sarapan bikin Indomie di sana. Anak-anak setuju dan saya mulai berkemas membawa kompor, panci, air, cabe, indomie, bangku lipat dan lain lain.
Menyusuri jalan kecil menuju sungai kemudian ketemu jembatan bambu dan ladang sayur selada air. Nah ini nih yang lumayan sulit, karena pinggir sungai diberi semacam tanggul dari batu kali dan semen setinggi pinggang. Akhirnya pelan-pelan kami merambat memanjat tanggul tersebut untuk menuju pinggir sungai yang dipakai biker kemarin.
Dan yesss,, akhirnya masak-masak deh saya di sana. Satu panci isi 2 Indomie kami makan langsung bertiga dengan lauk-lauk. Nyam..nyam..nyam.. Setelah itu kami bermain air dan berfoto ria di batu-batu sungai. Duh asyik sekali pokoknya main di alam seperti itu.
Pagi itu pancuran membias membentuk pelangi dan baru kali itu anak-anak melihat pelangi. Alhamdulillah ya, saya ikut happy lihat anak saya happy memandang pelangi.
Kisah perjalanan saya videokan dan bisa tonton di Youtube Happy Dyah
Setelah puas bermain kami kembali ke tenda dan berkemas. Eeeh, selesai kami berkemas tak lama datang petugas yang kemarin mendirikan tenda. Padahal sih kami nggak janjian, tetapi mungkin karena sudah 24 jam kami camping di sana.
Demikian pengalaman saya camping di Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo. Hutan pinus yang konon bangsa Belanda dulu juga sering camping di sana, menyisakan banyak kenangan untuk saya dan anak. Yuk Happy People camping di sana juga yaa.