Meliput Kuliner Legendaris Malang Di Travelingyuk – Pernah saya menjadi kontributor di Travelingyuk. Saya dan empat orang teman saya mendapat tugas untuk meliput kuliner legendaris di Malang.
Baca juga: Belajar di TravelingYuk
Akhir tahun 2018, kami lima orang blogger perempuan Kota Malang yang rutin mengikuti kelas belajar menulis di kantor TravelingYuk. Setelah belajar menulis, kami turut untuk ambil bagian dalam liputan kuliner legendaris. Disepakati kalau kuliner legendaris itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka atau sebelum tahun 1945. Dari daftar 10 kuliner legendaris, saya memilih Depot HTS/Han Tjan Sing (1927) yang berada di Lawang dan Rawon Nguling (1942) yang berada di Kota Malang. Kami diberi kesempatan untuk meliput sampai awal bulan Februari 2019. Seperti apa keseruan liputan tersebut? Yuk kita simak ceritanya.
Meliput Kuliner Legendaris Malang Depot HTS/Han Tjan Sing (1927)
Depot HTS ini letaknya di Lawang dan berjarak 17 KM dari rumah saya di Dinoyo – Kota Malang. Jujur saja, mau kesana saya aras-arasen alias malas karena letaknya yang jauh. Padahal saya yang memilih sendiri tetapi malas melakukan, duh. Di grup whatsapp, Ibu Erny, teman blogger yang dituakan #ehem, selalu rajin mengingatkan kami untuk segera melakukan kunjungan liputan untuk menggali info yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tau aja kan, buat saya yang baru memulai menulis lagi, untuk melakukan proses menulis itu lama sekali. Awal-awal saya menulis satu artikel dapat menghabiskan waktu 3-5 hari. Parah banget, kan. Kalau sekarang sih, dalam 6 jam dapat menulis 2 artikel #sombong.
Akhirnya disepakati saya dan Ica teman blogger meliput ke Depot HTS pada tanggal 24 Januari 2019. Hari itu saya sedang mengisi bazar PKK bersama teman UMKM Amangtiwi di belakang Mall Olympic Garden Kota Malang. Jam 3 sore kami berdua berangkat menggunakan kendaraan roda dua milik saya. Sebelumnya masih bingung juga untuk menuju ke sana, mau menggunakan mobil atau motor. Mengingat jaraknya Lawang yang jauh dan sedang musim hujan, lebih nyaman bila kami menggunakan mobil. Tetapi bila membawa mobil, bisa lebih lama kami akan sampai di Depot HTS. Karena pertigaan Karang Lo sedang dibangun under pass dimana kondisi jalan yang lebih macet dari biasanya. Akhirnya diputuskan mengendarai motor dan tak lupa membawa 2 buah jas hujan.
Perjalanan menuju Depot HTS Lawang saya yang menyetir dan tiba di Jalan Ahmad Yani sampai di Karang Lo mulai merambat kadang berhenti lama, macet euy. Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih satu jam, kami sampai juga di tujuan. Kami langsung memesan rawon merah dan onde-onde yang menjadi makanan favorit pengunjung Depot HTS. Setelah melakukan foto, menikmati hidangan dan membayar makanan di kasir, kami meminta izin dengan Ibu Lanny yang ketika itu bertugas di kasir untuk wawancara. Dan ternyata beliau tidak bersedia diwawancara karena akan ke rumah sakit. Waduh, melas men Rek, batin saya, sudah jauh-jauh tetapi tidak dapat diwawancara, bagaimana ini? Akhirnya kami keluar dan melihat ada mushola kecil di halaman parkir. Nelongso banget hati ini. Sholat Maghrib dulu deh, sambil ngadem-ngademin hati, hiks. Setelah sholat, saya dan Ica memutuskan masuk kembali ke dalam. Ceritanya pantang menyerah karena perjalanan jauh juga dari Kota Malang menggunakan sepeda motor membuat bokong saya cukup ledes sore itu. Di dalam kami tidak menemui Ibu Lanny karena memang ternyata sudah pergi ke rumah sakit. Kami menemui Ibu Janny, kakaknya Ibu Lanny yang sama-sama mengelola Depot HTS.
Baca ini juga Depot Han Tjan Sing (HTS) Melegenda Sejak Tahun 1927

Saya dan Ibu Janny, generasi ketiga Depot HTS (dok. pribadi)
Alhamdulillah Ibu Janny bersedia diwawancara. Lama juga kami mendengar kisah Ibu Janny tentang Depot HTS yang dibangun oleh kakeknya Bapak Han Tjan Sing. Pulangnya kami dibawakan kue banyak sekali. Melihat kue yang dibawakan banyak, lagi-lagi batin ini tidak mau diam, tau getu tadi gak usah beli onde-onde yak. Wkwkwk. Memang rejeki gak kemana ya, Happy People. Setelah berpamitan kami langsung pulang dan hujan pun dimulai. Owalah, kami berdua berjas hujan ria menembus hujan yang sangat deras malam itu. Saya tidak berani ngebut, cukup jalan konstan 40 km/jam. Udah kayak supir ojol yang jalannya pelan, hehe. Saya mengantar Ica dulu ke rumahnya di Sengkaling dan tiba di rumah saya sendiri malam itu jam 9 lewat. Pengalaman meliput yang mengesankan. Mungkin liputan seperti ini biasa saja menurut penulis lainnya, tetapi menurut saya seru banget. Menembus macet, ditolak sumber berita, sholat Maghrib dulu kemudian akhirnya bisa mendapat berita dan pulang membawa kue. Alhamdulillah.
Depot HTS/Han Tjan Sing (1927)
Depot HTS memiliki cabang antara lainnya di Jl Karanglo Malang di Mall Matos dll