Mendaki Ranu Kumbolo untuk membuang kenangan lama – Pagi ini tiba-tiba saya merindu pada perjalanan ke Ranu Kumbolo bulan Oktober tahun 2018 lalu. Sambil membuka galery foto di handphone kemudian edit-edit dikit kemudian saya unggah di instagram saya @happydyahdotcom. Ah.. indah sekali Ranu Kumbolo kala itu sambil membatin, kok bisa saya mendaki kesana? Mau tahu bagaimana ceritanya ?

Mendaki Ranu Kumbolo Untuk Membuang Kenangan Lama

Niat Yang Kuat

Awal keinginan naik gunung ketika saya browsing dan membaca di suatu portal web tentang keindahan Gunung Ijen di Banyuwangi. Langsung saya menghubungi teman masa kecil saya teman SD yang bermukim di Jakarta si Kang Ronni yang terbiasa mendaki gunung. Setelah berencana dengan segala opsi perjalanan dan berujung akhirnya batal. Menurutnya terlalu jauh dan melelahkan dengan kondisi saya yang baru divonis kena tumor jinak. Karena saya harus berkereta api ke Banyuwangi sendirian sekitar 6 jam bertemu dengan Kang Ronni kemudian mendaki gunung Ijen. Akhirnya diputuskan kita mendaki ke Ranu Kumbolo yang terdekat dengan kota Malang tempat saya tinggal. Kenapa saya niat banget mau mendaki gunung? Saya hanya ingin sebelum saya dikubur saya sudah pernah naik gunung dan menikmati keindahan ciptaanNya. Itu aja sih niatnya. Lebay ya, maklum lagi baper berat. Jadi saat itu mendaki Ranu Kumbolo dengan niat yang kuat sehingga dapat terwujud.

Mematangkan Rencana

Komunikasi via whatsapp merencanakan perjalanan mendaki ke Ranu Kumbolo tidak menghalangi keinginan kami saat itu. Diputuskan kami mendaki bulan Oktober sebelum memasuki musim hujan. Bulan September 2018 saya ke Jakarta karena ada pekerjaan dan akhirnya saya bertemu Kang Ronny untuk mematangkan rencana kami. Selama  di Jakarta saya juga membeli peralatan naik gunung di Rawamangun yang banyak toko-toko perlengkapan mendaki gunung seperti Eiger, Adventure, Kalibre, dll. Beberapa peralatan lainnya sudah saya cicil belinya di Malang. Persiapan fisik pun saya lakukan seperti setiap hari jalan pagi mengitari kolam Tugu Malang selama sejam dan juga olah raga renang.

Ranu Kumbolo merupakan salah satu danau di Gunung Semeru dengan ketinggian 2389 meter DPL terletak di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Diputuskan kami melakukan perjalanan tanggal 2 – 4 Oktober 2018. Pendaftaran online dilakukan Kang Ronni melalui situs www.bookingsemeru.bromotenggersemeru.org

Persiapan surat kesehatan untuk syarat pendakian pun sudah disiapkan jauh-jauh hari. Kenapa sih mendaki hanya sampai Ranu Kumbolo saja? Mengingat kondisi kesehatan saya dan Kang Ronni yang membawa anak perempuan dan sepupunya. Jadi kita berempat terdiri dari satu pria dan tiga perempuan. Mantap dan mengerikan kalau terjadi sesuatu huhu. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahiim kita berniat baik mendaki ke Ranu Kumbolo di Gunung Semeru.

Pendakian Terlama

Tanggal 2 Oktober 2018 saya menjemput rombongan kecil Kang Ronni di Bandara Abdul Rahman Saleh Kabupaten Malang. Dari bandara kami langsung menuju Ranu Pani tetapi mampir dahulu di rumah makan Padang di Tumpang. Disana sambil membenahi isi ransel saya yang menurut Kang Ronni saya salah packing. Setelah urusan ransel selesai kami melanjutkan perjalanan yang mulai menanjak dan berliku dengan tikungan tajam. Sampai di suatu tanjakan yang tinggi dan belokan tajam, mobil Proton matic yang saya kemudikan malah tidak dapat menanjak padahal saya sudah menekan dalam pedal gas dan kondisi saat itu mulai menggelap. Saya panik kalau terjadi sesuatu dengan mobil saya dan akhirnya mobil beralih kemudi ke Kang Ronni. Mobilpun berhasil melaju kembali kemudian tiba di Ranu Pani dan tempat pendaftarannya ternyata sudah tutup. Hmm.. Jadi kita gak jadi nih mendaki sore hari. Mau gak mau kami harus bermalam di Ranu Pani. Dan ada seorang laki-laki yang memberi tahu kami bahwa ada pondok menginap bisa dan biasa digunakan untuk bermalam secara gratis. Tidurnya di atas bale-bale kayu yang dialasi tikar dan tidurnya pun beramai-ramai. Saya yang kala itu pertama kali pergi naik gunung dan itu pun belum naik gunung jadi terkaget-kaget.

Malam itu kami membuka ransel dan perbekalan. Makan malam dengan mie dan sosis kemudian langsung tidur karena kami harus mendaftar esok paginya untuk dapat segera mendaki. Selama tidur saya mendengar pintu kamar dibuka tutup terdengar pendaki-pendaki yang bersiap untuk mendaki pada dini hari. Selama tidur perasaan saya nggak enak, tetapi saya merem-meremin mata ini.

Esoknya kami bersiap-siap dan untung ada mobil, sehingga barang yang sekiranya tidak dipakai kami tinggalkan di mobil. Pas kami keluar pondok, ternyata di sebelah pondok ada kuburan. Ya gak papa deh, kali tadi malam saya tidur ada yang nemenin makanya perasaan merasa gak enak aja, hehe. Dan kami langsung mendaftar ke pos dan periksa kesehatan lagi, karena surat keterangan sehat yang kami bawa ternyata tidak berlaku karena sudah terlalu lama. Owalah. Hanya berlaku surat kesehatan H-1 dari tanggal mendaki. Kelar urusan pendaftaran kami lanjut masuk ke ruang briefing. Hanya berlima dengan SAVER (Sahabat Volunteer), hmm brifiengnyaso private banget lha yaw. Di dalam briefing dijelaskan berbagai kondisi di lapangan, larangan-larangan yang berlaku, serta sejumlah panduan mendaki secara lebih rinci. Tisue basah sangat dilarang untuk dibawa karena tidak seperti tisue biasa yang mudah hancur, tisue basah membutuhkan waktu lebih lama di alam untuk hancur dengan sendirinya. Setelah briefing sekitar 20 menit itu kami pun memulai pendakian. Pendakian yang banyak berhentinya ya gaesss.. Maklum perempuan semua yang dibawa dan selama berhenti itu ada beberapa kali saya tertidur sambil duduk.

 

Ranu Kumbolo Gunung Semeru

Beristirahat berkali-kali selama pendakian (dok. pribadi)

 

Pos yang kami lalui berjumlah 4 pos. Di Pos 1 kami makan siang dengan memakan perbekalan yang sudah saya siapkan paginya. Di pos tersebut juga ada warung yang menjual gorengan dan buah semangka. Banyak pendaki yang beristirahat juga, mereka mau mendaki maupun baru turun. Jam 9 kami memulai perjalanan dan kami tiba di Ranu Kumbolo yang kala itu masih musim kering sekitar senja menjelang maghrib. Oh ya, untuk pendaki handal, perjalanan menuju Ranu Kumbolo dapat memakan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Tetapi rombongan kecil kami mendaki dengan menempuh waktu sampai 9 jam. Hebaaaat😂 Apa kabarnya itu kalau kita berangkat kemarin sore. Tidak diduga mendaki dengan membawa tiga perempuan yang banyak berhentinya bila malam hari serba gelap yang ada bisa tiba tengah malam atau malah mendirikan tenda sebelum tiba di Ranu Kumbolo.

Perjalanan kami yang sering disalip pendaki-pendaki lainnya yang ramah menyapa tidak menghalangi semangat kami. Saya juga harus jaga kondisi banget, kalau di rumah saya terlalu lelah biasanya benjolan tumor ini terasa nyut-nyutan. Makanya kami banyak berhenti untuk istirahat. Tracknya juga sebetulnya tidak terlalu mendaki banget, walaupun saya memakai tracking pole untuk menjaga keseimbangan saya. Yang saya rasakan setelah pos ke 4 memang agak menanjak dan harus ekstra hati-hati.

ranu kumbolo

Mahameru yang terefleksi ke Ranu Kumbolo (dok. pribadi)

 

Begitu sampai kami langsung mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Setelah menentukan lokasi, Kang Ronni mendirikan tenda, saya menuju bilik toilet yang tersedia untuk buang air kecil dan cuci muka. Menunggu tenda berdiri saya menikmati tergelincirnya matahari dengan hembusan angin yang sangat dingin di musim kering saat itu. Rumput berwarna coklat terhampar rata di semua pemandangan Ranu Kumbolo kala itu. Tenda berdiri kami pun langsung masuk dan tidak lama kami semua terlelap saking lelahnya. Udah gak mikir mau makan malam lagi. Dingin sekali hawa malam itu. Saya sudah memakai celana gunung kemudian saya lapisi lagi dengan celana berlapis dacron. Untuk atasan saya memakai kaos lengan panjang kemudian saya lapisi dengan sweater kemudian jaket tebal. Untuk wajah saya gunakan buff dan kupluk rajut melindungi kepala saya berlanjut saya masuk ke sleeping bag. Selama tidur saya kentut terus, duh.. Sepertinya efek berjalan kaki terlalu lama.

frozen dew di ranu kumbolo

Frozen dew di sepatu sexy saya (dok. pribadi)

 

Tidur yang pulas dan pagi harinya saya terbangun dengan rasa segar, keluar dari tenda dan mata memandang keindahan Ranu Kumbolo. Menikmati kopi pagi sambil memandang kabut di atas permukaan air Ranu Kumbolo yang lambat laun berangsur menghilang serta saya sempat melihat puncak Gunung Semeru mengeluarkan asap yang terefleksi ke Ranu Kumbolo. Dan sepatu gunung saya yang semalam ada di luar tenda, ternyata membeku. Aaah akhirnya saya melihat frozen dew. Embun yang terkena udara dingin dan membeku menjadi frozen dew itu indah sekali Ya Allah. Saya bersesi foto ria kemudian langsung beberes untuk turun kembali ke Ranu Pani. Saya sebetulnya membawa gaun untuk sesi foto, tetapi sudah gak keburu waktunya. Ganjen banget yak, sempet-sempetnya bawa gaun ke Ranu Kumbolo. Maklum mantan model #uhuk

sesi foto di Ranu Kumbolo

Saya di depan, Mahameru di belakang, kalian dimana (dok. pribadi)

 

Air di Ranu Kumbolo yang sangat jernih dan dilarang menggunakan untuk cuci, BAB, BAK apalagi memancing. Saya mengambil air ranu ke dalam botol kemudian saya masak untuk bekal perjalanan pulang. Pagi itu kami sarapan sosis, telur dan mie lagi. Ada sisa roti dan tak lupa minum madu untuk menjaga stamina.

Saya sih salut sama Kang Ronni, dia bawa ransel besar isi 2 buah tenda serta bawa air persediaan untuk minuman kami. Kami yang tiga perempuan hanya melenggang kangkung saja membawa ransel isi pakaian dan bekal yang tentunya isi lebih ringan daripada ranselnya Kang Ronni.

Baca juga:

Menangis Ketika Turun Gunung

Perjalanan pulang meninggalkan Ranu Kumbolo yang indah membuat saya menangis, sumpah. Ketika menanjak lagi menuju pos ke 4, kami berhenti memandang ke belakang ke Ranu Kumbolo yang tampak indah sekali menenangkan. Dengan pohon Edelweis dimana-mana, warna air Ranu Kumbolo yang hijau kebiruan, rasanya enggan saya meninggalkan itu semua. Di Ranu Kumbolo saya berusaha keras untuk membuang semua kenangan indah dengan seseorang yang pernah saya cintai. (Eh.. Kok jauh banget sih, pake nunggu ke Ranu Kumbolo? Kan emang lebay dan baper berat😂😂)

Ranu kumbolo gunung semeru

Ranu Kumbolo tampak dari atas (dok. pribadi)

 

Tangis saya semakin menjadi ketika saya merasa tidak kuat mendaki menuju pos 4. Sepertinya mental saya mendadak drop selain membayangkan untuk turun gunung akan memakan waktu 9 jam lagi juga saya masih terbawa emosi akan kenangan lama. Ya Allah.. Tetapi Kang Ronni menyemangati saya kalau perjalanan menuruni gunung biasanya lebih cepat daripada mendaki. Tetapi saya tetap mewek, ih gak malu yah. Kebetulan di belakang kami ada rombongan yang baru turun dari Mahameru. Mereka saya mintai tolong untuk membawakan ransel saya, dan mereka bersedia, malah menawarkan bantuan untuk membawakan barang yang lain. Mereka ini bagian dari SAVER yang bergantian naik ke Mahameru memeriksa kondisi dan lingkungan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru).

Perjalanan menuruni gunung ternyata memang lebih cepat, di setiap pos kami berhenti untuk istirahat bisa jajan gorengan dan buah semangka sambil ngobrol dengan pendaki lainnya. Pendaki yang kami jumpai berasal dari bermacam-macam daerah, ada yang dari Karawang, Palu, Blitar, Kediri, Kalimantan dll. Akhirnya kami tiba di Ranu Pani dengan selamat dan langsung berpisah dengan rombongan pendaki yang telah menolong kami.

Ranu Kumbolo Gunung Semeru

Mobil setia menunggu 😊 (dok. pribadi)

 

Kami menuju mobil Proton yang setia menunggu dan langsung pulang menuju rumah saya di Dinoyo Malang. Kang Ronni dan rombongan beristirahat membersihkan badan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta api.

ranu kumbolo frozen dew

Rombongan kecil kami (dok. pribadi)

 

Terima kasih kepada Kang Ronni dan keluarga juga rombongan pendaki yang telah menolong kami. Alhamdulillah akhirnya saya dapat menikmati keindahan Ranu Kumbolo. Alhamdulillah lagi benjolan pun tidak rewel mungkin karena saya afirmasi terus menerus bahwa saya bisa sehat. Masih banyak pesona Indonesia lainnya yang belum saya jelajahi. Inshaa Allah dapat pergi lagi ke tempat indah berikutnya😊

Lihat video

YouTube Channel Happy Dyah