Mendung menggelayut di langit Desa Claket ketika saya turun dari mobil. Saya langkahkan kaki menuju pintu masuk kebun Kelompok Usaha Tani Madani yang dikomandani oleh Maya Stolastika Boleng. Bertemu dengan tiga orang ibu-ibu petani yang semuanya perempuan yaitu Rini, Purwati dan Pariati yang sedang memanen hasil pertanian.

Rini menyambut saya dengan ramah yang sedang malu-malu sambil tersenyum mencari keberadaan Maya. Diinfo oleh Rini yang telah menelfon Maya yang masih dalam perjalanan menuju kebun kelompok usaha tani Madani.

Sambil menunggu kedatangan Maya, saya diperbolehkan untuk melihat kebun sayur organik dan melihat ibu-ibu petani yang sedang mencuci dan menyortir sayuran hasil panen. Hari itu Rini panen sayur bayam merah dan cimarun masing-masing satu kilogram dan selada sayur 1,3 kilogram. Panen dilakukan seminggu dua kali yaitu hari Senin dan Kamis.

anugerah pewarta astra

Petani memanen sayur organik (sumber: dok. pribadi)

Hidup di Dunia Ini, Sudah Bermanfaat atau Menjadi Beban

Hujan akhirnya turun dengan derasnya mengiringi langkah-langkah ibu petani yang bergegas menuju pondok berdinding bilik bambu. Hasil panen kelompok tani Madani ini nantinya akan dikumpulkan bersama kelompok tani lainnya yang selanjutnya dikemas dan esoknya dikirim ke pelanggan Twelve’s Organic yang kebanyakan berada di Kota Surabaya dan sekitarnya.

Tak lama Maya datang di tengah hujan deras menuju pondok kelompok usaha tani Madani. Wanita muda dengan penampilan sederhana dan tatapan mata cerdas berkemauan kuat menyapa saya dengan ramah.

Maya memulai cerita dengan mengawali saat mengikuti ekstra kurikuler yoga di kampusnya Universitas Negeri Surabaya. Serius mengikuti kelas yoga dengan belajar sampai ke Bali pada bulan Agustus 2007, Maya dan teman-temannya menjadi filosofis. Guru yoganya seorang warga negara Indonesia Bapak Murti Tunggal Chandra yang lama tinggal di negara Inggris menantang Maya dan teman-teman, apakah mereka hidup di dunia ini, sudah bermanfaat atau menjadi beban. Hal ini tentu saja menampar dan menantangnya kala itu yang masih sebagai mahasiswa agar dapat berbuat lebih banyak untuk manusia dan lingkungan.

Rugi dan Berhutang

Maya yang berdarah Flores dan besar di Trawas Mojokerto, mengatakan, “Tuhan telah menciptakan alam dan segala isinya untuk manusia maka tugas manusia yang utama adalah memberi manfaat seperti halnya alam telah memberikan manfaat kepada manusia”. Pada tahun 2008 dimulailah usaha pertanian organik di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Trawas, Mojokerto dengan bermodalkan uang dari hasil penjualan pulsa gesek dan aneka makanan ringan di kampus.

pertanian organik

sumber: facebook.com/maya.boleng

 

Hujan masih turun dengan derasnya, Maya melanjutkan ceritanya di pondok. Maya dan empat orang sahabatnya menyewa lahan seluas 5.000 meter persegi yang ditanami dengan aneka sayur organik. Sebagai mahasiswa jurusan Sastra Inggris, mencoba menjalankan usaha pertanian organik yang minim pengetahuan tentang bagaimana cara bertanam, manajemen bisnis serta pemasaran hasil panen, semua hanya bermodalkan nekat saja dengan membaca banyak buku-buku tentang pertanian organik.

Ketika masa panen, Maya dan teman-teman sering bingung menjual hasil panen. Karena mereka belum memiliki pasar untuk menjual sayur organiknya. Pernah menjual ke pasar induk di Surabaya dan tidak mengerti harga mengakibatkan sayurnya ditawar sangat murah oleh tengkulak di pasar membuat Maya tidak patah semangat.

Setahun menjalankan bisnis pertanian organik hasilnya makin merugi. Dengan status masih mahasiswa, saat itu mereka sudah memiliki hutang. Tahun 2009 itu tiga orang temannya mundur, hanya tertinggal Maya dan Herwita.

Kegagalan luar biasa dan menyedihkan yang tidak pernah dialami sebelumnya di hidup mereka menjadikan hal ini sebagai pelajaran. Melanjutkan hidup, Maya dan Herwita bekerja sebagai guru les Bahasa Inggris dari rumah ke rumah dan bimbingan belajar demi untuk membayar seluruh hutang.

Bangkit untuk Ditinggalkan

Saat kegagalan awal ini, dimana kebun sayur organik sudah tidak aktif lagi ternyata ada seorang ibu pelanggan dari Surabaya yang menghubunginya, “Kapan lagi Mbak Maya mengirim sayur organik?”

Hal ini dirasa Maya sebagai pesan dari langit, bahwa masih ada orang yang notice dan mereka memutuskan untuk bangkit lagi. Walau pun tidak ada dana mereka mencoba melanjutkan usaha bisnis sayur organik.

Maya mendatangi pemilik lahan untuk menyewa lahan lebih kecil hanya 2.500 meter persegi di Desa Claket tempat yang sama tetapi membayar sewa belakangan dan itu diperbolehkan. Karena pemilik lahan sudah melihat kegiatan Maya dan teman-teman selama setahun sebelumnya. Maya dan Herwita melanjutkan lagi usahanya dengan nama Kembang Organic Farm.

Kala itu mereka sudah bisa mengirim sawi hijau, sawi daging, bayam merah dan bayam hijau masing-masing 60 bungkus ke supermarket di Surabaya serta sudah memiliki pelanggan tetap. Di supermarket itu, Maya belajar pemasaran dan quality control untuk produk sayurnya. Selama masa menjalankan bisnis sayur organik dan akhirnya hutang lunas terbayar alias impas.

Orang tua Maya melihat kegiatan anaknya hanya sebagai kegiatan positif sebagai seorang mahasiwa. Tahun 2010 Maya dan Herwita lulus menjadi sarjana Sastra Inggris, langkah selanjutnya adalah tantangan untuk memberi tahu ke orang tuanya bahwa pilihan hidupnya Maya untuk tetap melanjutkan usaha sayur organik.

Tetapi mereka tidak sependapat bila anaknya yang sarjana menjadi penjual sayur. Mereka mengharapkannya untuk bekerja sebagai PNS atau bekerja di perusahaan sebagai lulusan sarjana Sastra Inggris.

maya satu indonesia awards

sumber: dok. pribadi

 

Lanjut Maya sambil tertawa lirih, orang tuanya menganggap anaknya berjualan sayur karena tidak mampu bersaing dengan sarjana lainnya di dunia luar sana. Sehingga diputuskan oleh Maya pada tahun itu untuk meninggalkan usaha kebun sayur organiknya dan pergi ke Bali untuk bekerja sebagai pembuktian kepada orang tuanya.

Bekerja di Bali untuk Mengukur Kapasitas Diri

Perempuan kelahiran 11 Juni 1985 memilih bekerja di Bali selain memanfaatkan ilmu Sastra Inggrisnya dan bekerja di perusahaan asing untuk belajar. Walau pun bekerja di perusahaan yang bukan passionnya Maya harus berusaha untuk belajar menjadi lebih baik dan bekerja untuk memberikan yang terbaik.

Sampai suatu ketika Maya dan Herwita dipercaya untuk menangani morning breakfast meeting para pemilik usaha di Bali dan berkenalan dengan seorang pengusaha asal Jerman agar bekerja di perusahaan barunya di Bali, dimana transportasi dan akomodasi ditanggung oleh perusahaan kemudian mereka diminta untuk menyebut berapa angka gaji yang akan mereka terima.

Mendapat tantangan seperti itu Maya yang sudah memiliki kenyamanan financial dan merasa sudah mampu mengukur dirinya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Bali pada akhir tahun 2011. Maya merasa bukan orang gagal dan bukan orang yang tidak memiliki kapasitas. Dan ini saatnya untuk melanjutkan kembali pertanian sayur organik di Mojokerto.

Twelve’s Organic – Kontemplasi Membawa Hasil

Tahun 2012 Maya dan Herwita dengan hati ciut dan rasa yang berat ingin melanjutkan kembali pertanian sayur organik. Karena sebelumnya pernah mengalami kegagalan namun di dalam di hati masih ada panggilan untuk melanjutkan usaha lagi.

Dengan nama baru Twelve’s Organic yang mengambil dari angka tahun 2012, usaha kali ini sudah memiliki pasar untuk menjual hasil panen. Berbekal dari modal selama bekerja di Bali mereka mulai menyewa lahan seluas 7.000 meter persegi. Kegiatan saat itu mengambil hasil panen dari petani organik kemudian memasarkan ke para pelanggannya.

satu indonesia awards

sumber: facebook.com/maya.boleng

 

Nasib baik tidak selalu berpihak pada Maya dan Herwita. Ada oknum yang memberi racun di air tandon sehingga semua tanaman di kebun mati. Maya masih bersyukur bahwa tidak ada korban manusia karena air tandon yang teracun itu.

Seluruh hasil kerja keras selama itu hanya menyisakan uang sebesar satu juta rupiah. Di saat itu mereka berdua memutuskan mau melanjutkan atau berhenti saja. Di tengah masa kontemplasi itu Maya dan Herwita selalu berdoa dan berpuasa setiap hari serta mengencangkan ikat pinggang karena dengan uang satu juta itu tidak akan cukup untuk melanjutkan usaha pertanian sayur organik.

Tuhan sangat baik, doa mereka pun terjawab. Ketika itu hari Jumat ada sebuah perusahaan yang meminta mereka untuk mengelola lahan kosong perusahaan tersebut dengan sistem bagi hasil.

Tahun 2015 di Trawas Maya membuat Garden Fresh Market di atas lahan seluas 3.000 meter mengelilingi sebuah restoran ditanami aneka sayuran organik. Konsep supermarket kebun tersebut berupa konsumen bisa masuk ke kebun sayur untuk memilih sayur yang mau dibeli kemudian menunggu sayuran dipanen untuk dipetik, dibersihkan kemudian dikemas dan ditimbang lalu dibeli konsumen. Saat itu konsep seperti itu masih out of the box sehingga usahanya sangat laris manis.

Lahan Tidur dan Kelompok Usaha Tani

Lahan Tidur

Maya bertutur, ketika pertama kali membuka lahan pertanian organik di Desa Claket, masyarakat di sana tidak tertarik dengan konsep pertanian ramah lingkungan yang dia bawa sebab dianggap sangat riskan dan membutuhkan waktu tanam yang lebih lama. Padahal mayoritas penduduk di sana memiliki pekerjaan sebagai petani. Mereka lebih memilih untuk mengolah lahan dengan cara konvensional yaitu menggunakan pupuk kimia dan pestisida karena didapat hasil panen lebih cepat.

Tahun 2015-1016 tanpa putus asa, Maya terus mengajak petani dan mulai menyasar ke ibu-ibu petani. Konsep pemberdayaan yang diajarkan yaitu dengan memanfaatkan lahan tidur yang ada di sekitar rumah mereka seperti pekarangan rumah atau lahan tidak terpakai sebagai media/lahan tanamnya.

Lanjut Maya lagi, lahan tidur merupakan solusi paling baik untuk mengenalkan pertanian organik kepada warga. Lahan tidur lebih mudah diolah sebagai media tanam produk organik dari pada lahan pertanian yang telah terpapar zat-zat kimia selama bertahun-tahun.

Pemberdayaan Kelompok Usaha Tani

Maya yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Aliansi Organik Indonesia (AOI) Periode 2017-2020, mulai membentuk kelompok-kelompok usaha tani yang mayoritas terdiri dari ibu-ibu petani yang mulai diberdayakan dengan mengikuti kelas-kelas yang diadakannya. Maya mengawali dengan mulai mengajarkan untuk membiasakan ibu-ibu petani untuk memegang buku dan pulpen agar terbiasa mencatat. Hal ini berjalan kurang lebih enam bulan lamanya karena ibu-ibu petani ini mengalami penyesuaian dan hal ini ternyata tidak mudah. Ibu-ibu petani mendapat tekanan dan cemooh dari lingkungan karena dianggap tidak waras membawa buku kemana-mana.

Karena paradigma ibu petani selama ini pagi hari pergi ke kebun untuk berkebun kemudian pulang ke rumah dan bila masa panen menjual hasil panen ke tengkulak. Selama bergabung di kelompok usaha tani milik Maya, ibu-ibu petani ini harus mencatat semua hasil panen. Rini salah seorang anggota kelompok tani Madani menceritakan dengan wajah ceria bahwa dia mencatat laporan masa panen enam periode dia menuai pendapatan sebesar Rp300.000.

Kelas-kelas yang diadakan untuk ibu-ibu petani dengan materi tentang pemahaman tanaman organik, budi daya dan teknik menanam mau pun teknik membuat pupuk serta manajemen. Kelas diadakan menyesuaikan jadwal ibu-ibu petani karena mereka juga mengurus keluarga dan rumah tangga.

Ibu-ibu petani juga diajarkan penjaminan organik dimana mereka belajar membuat dokumen. Ada data lahan, data panen sebagai control system disesuaikan dengan SOP dari Twelve’s Organic.

Tidak hanya diajarkan soal budi daya tanaman organik, beberapa ibu petani diikutsertakan untuk mengikuti uji kompetensi budi daya tanaman. Sehingga petani ini memiliki sertifikat kompetensi.

Saat ini sudah ada empat kelompok usaha tani dalam asuhan Maya yaitu Madani, Swadaya, Mia Tani dan Berdikari. Beranggotakan total 22 orang mayoritas perempuan yang fokus di 11 titik kebun dengan total luas lahan 1,5 hektar yang saat ini masih sewa.

Kelompok usaha tani Madani khusus menanam aneka sayuran yang ditentukan oleh Maya.

Kelompok usaha tani Swadaya menanam buah raspberry dan buah blackberry. Selain itu juga memproduksi sendiri pupuk organik seperti pupuk pestisida nabati, biogas, kompos dan pupuk lainnya. Tiga kelompok usaha tani lainnya wajib membeli pupuk di Swadaya ini.

Kelompok usaha tani Mia Tani khusus menanam buah strawberry.

Kelompok usaha tani Berdikari menanam aneka umbi seperti bawang merah bawang putih, kentang, kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai dan kacang hijau serta aneka rimpang.

Jadwal tanam dan bibit semua diatur oleh Maya, dengan demikian akan didapat panen yang berkesinambungan yaitu dua kali panen dalam seminggu. Permintaan sayur organik yang membludak akhirnya Maya lebih mengutamakan 180 pelanggan rumah tangga dan supermarket lokal. Setiap panen, pelanggannya akan diberi tahu untuk list nama sayuran yang tersedia dan mereka dapat langsung memesan. Dengan demikian dapat meminimalisir jumlah produksi sayur yang tidak terjual.

pertanian organik

hasil panen sayuran organik Twelve’s Organic (sumber: dok. pribadi)

 

Maya juga rutin mengadakan pertemuan antara petani dan konsumen tetap yang membeli sayur organiknya. Di dalam pertemuan itu dibangun hubungan antara petani dan konsumen dimana ada penjaminan penghasilan petani, kualitas produk untuk konsumen dan membangun kesadaran kesejahteraan petani itu adalah tanggung jawab konsumen.

Lanjutnya lagi, “Prospek pertanian organik di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Kini banyak orang yang menjalankan pola hidup sehat dan memiliki kesadaran memilah makanan sehat apa yang mesti dikonsumsi setiap harinya. Hal ini bisa disebut sebagai momentum bagi pertanian organik”. Ketika awal pandemi COVID-19 melanda masuk ke Indonesia, permintaan sayur organiknya meningkat hingga 200 – 250%.

Duta Petani Muda Dan Satu Indonesia Award

Perempuan berusia 35 tahun optimis dengan apa yang sudah ia rintis selama 12 tahun ini. Twelve’s Organic banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat dengan banyaknya pesanan sayur organik dari berbagai lokasi.

Tahun 2016 Maya mendapat informasi dari seorang konsumen untuk mengikuti ajang pemilihan Duta Petani Muda. Ternyata Maya terpilih sebagai Champion Duta Petani Muda kemudian mengikuti masa karantina dan pelatihan selama 10 hari. Pemahaman selama 10 hari itu menaikkan kapasitas mereka untuk berbagi ilmu ke petani.

Sambil terus berbagi ilmu memberdayakan petani binaannya dan pertanian organik di Desa Claket, Maya didaftarkan oleh temannya untuk ikut Satu Indonesia Awards. Tak berharap untuk menang karena banyak peserta yang mendaftar untuk mengikuti ajang ini. Dengan wajah sumringah Maya bercerita mengenang tahun lalu ketika ia diundang untuk menerima penghargaan Satu Indonesia Awards di bidang lingkungan yang diadakan oleh PT Astra Internasional Tbk.

Harapan selanjutnya, apa yang telah ia lakukan dapat dilakukan oleh seluruh Indonesia karena #KitaSATUIndonesia. Hal ini merupakan perwujudan cintanya kepada tanah air Indonesia.  Apa yang diusahakan juga sebaiknya membawa dampak positif tidak hanya untuk diri sendiri namun juga lingkungan sekitar. Sebagai warga negara yang baik ia memberi sumbangsih terhadap negeri dengan #SemangatMajukanIndonesia di bidang lingkungan yaitu pertanian organik.

Maya memberi pesan kepada semua generasi muda yang akan memulai menjalankan usaha. Jangan ragu untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan. Asalkan sudah sesuai jalur, lakukan usaha dengan sekuat tenaga dan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita.

*) Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Anugerah Pewarta Astra 2020