Cerita 9 hari Bersama Anak Kucing Liar Yang Sakit – Berita duka saya terima dari Vet kemarin 20 Mei 2020 melalui pesan tertulis di Whatsapp. Dari Vet yang saya datangi pagi hari membawa Bogot, anak kucing yang sudah lemas karena diare. Tangis langsung pecah merebak membuat mata bengkak dan Dinda memeluk saya seraya berkata untuk mengikhlaskan Bogot. Gimana mau ikhlas, agak geram juga sama ibu kucing yang membiarkan anak kucing sendirian di tepi jalan. Bogot anak kucing kedua yang saya temukan dalam keadaan masih bayi dan yang pertama adalah Kopiko yang tahun lalu juga meninggal yang usianya juga masih 2 bulan.
Cerita 9 hari Bersama Anak Kucing Liar Yang Sakit
Awal pertemuan
Tanggal 12 Mei 2020 pagi itu kepala saya agak pusing, setelah bangun tidur Subuh. Dari malam saya sudah pusing dan tidak membiasakan untuk minum obat pusing. Dan walhasil sakit pusing berlanjut sampai esok harinya. Walaupun pusing saya tetap menjalankan aktivitas seperti biasa di rumah. Masih dalam masa pandemi dan Kota Malang memasuki hari kedua dalam rangka PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Saat itu bulan puasa Ramadhan. Saya keluar rumah dan mulai menyiangi rumput yang tumbuh di depan rumah. Posisi rumah di pojokan sehingga saya harus menyiangi rumput di depan dan di samping rumah. Setelah hampir 2 jam membereskan rumput dan tanaman bagian depan, saya berjalan menuju ke samping rumah.
Tiba-tiba, jreeeng… saya melihat ada anak kucing kecil banget, jalan terhuyung-huyung dengan keadaan tubuh basah kuyup seperti habis kejebur got. Duuh.. Saya langsung ambil untuk meminggirkannya karena si kucing berjalan terhuyung-huyung hampir ke tengah jalan. Ngeri aja kalau sampai tertabrak kendaraan yang lewat. Itu awal pertemuan saya dengan si Bogot anak kucing. Saya teriak ke arah jendela kamar Dinda anak saya yang menghadap sisi samping jalan dan memanggilnya untuk segera ke luar rumah. Seperti biasa, kalau ada anak kucing yang dibuang ke rumah kami, kami pelihara kemudian kami liarkan lagi. Eh, jahat ya? Ya nggak sih. Masih kecil kan gak ada perlindungan. Kalau udah besar, Inshaa Allah bisa cari makan sendiri. Kadang mereka main-main ke luar rumah dan ada yang tidak kembali ke rumah kami lagi. Kalau dihitung-hitung dalam 3 tahun ini sekitar 15 ekor anak kucing yang pernah kami pelihara, bebas keluar dan masuk rumah.
Bau Got
Saya buru-buru menyudahi pekerjaan membersihkan rumput, upss.. sebetulnya belum selesai juga. Karena mau mengurus anak kucing yang tadi saya temukan, saya segera menyudahi pekerjaan menyiangi rumput. Si anak kucing sudah dipegang anak saya dan melapnya dengan wahslap lembab air hangat, tapi masih aja bau got. Akhirnya kami memutuskan untuk memandikannya dengan air hangat dan shampoo anti kutu dan memberi nama Bogot. Bogot dari kata bau got. Ah.. Benar-benar pertemuan pertama yang mengesankan. Dan kutunya luar biasa banyak banget, saudara-saudaraaa, Ya Allah. Matanya belekan, badannya kurus banget. Gimana gak langsung jatuh hati untuk segera merawat dan memelihara anak kucing ini?
Saya masih menyimpan obat kutu untuk kucing. Setelah mandi kami mulai merawat anak kucing dengan mengoleskan obat kutu di tengkuknya. Dan langsung saja kutu-kutu keluar dari bulu-bulu di tubuhnya dan berloncatan. Ada kali tuh lebih dari 20 kutu saya pitesin. Duh, gemes banget. Kejar-kejaran sama kutu yang merambat di wajah si Bogot, di alis, deket mata dan bagian tubuh yang lain. Bulu si Bogot termasuk yang bulunya lebat. Sepertinya dia peranakan kucing kampung dan kucing ras. Warnanya coklat muda keemasan. Dan jenis kelaminnya laki-laki. Hmm.. Jadi genap 4 ekor kucing di rumah semuanya laki-laki tuh.
Anak saya segera ke petshop terdekat dan membeli susu newborn dan wet food untuk anak kucing usia 2 bulan. Dan si Bogot tak henti-hentinya mengeong-ngeong karena kelaparan. Sedih saya tuh liatnya. Sambil memangku dan mengelus-ngelusnya untuk menenangkan si Bogot. Begitu anak saya datang, kami langsung memberinya susu. Duh, ternyata dia nggak mau. Kami menggunakan sedotan karena gak punya pipet maupun dot. Tetapi ketika kami memberinya wet food, lahap sekali makannya tetapi gak banyak. Setelah itu Bogot tidur di kamar saya, saya selimutin dan dipindah-pindah tuh nggak bangun nggak bergerak. Sepertinya lemas banget dan capek banget perjuangannya sebelum bertemu dengan saya. Mungkin dia selama itu sendirian, mengeong-ngeong mencari induknya sampai kelelahan. Ya Allah..

Bogot anak kucing tidur sangat nyenyak setelah mandi dan makan (dok. Pribadi)
Diare Dan Muntah
Lama juga Bogot tidur siang itu, setelah bangun kami memberinya susu lagi tapi kok diare ya. Fesesnya cair banget. Kemudian muntah. Ini yang saya khawatirkan banget. Seusia dia, harusnya masih menyusui sama induknya. Dahulu saya juga punya anak kucing, perkawinan Theo si maine coon dan Othet si kucing kampung. Ada yang mau minta anak kucing, saya sarankan sampai si anak kucing lepas dari menyusui dengan induknya. Kasihan kan kalau masih menyusui kemudian diberi ke orang lain. Bukannya pelit sih, tapi kan beda susu ibu dan susu formula. Diare dan muntah masih terjadi selama 1 hari pada kucing Bogot dan kami memutuskan membawa ke Purple Pet Shop di Kota Malang yang ada layanan pemeriksaan hewan.

Pertama kali ke Vet (dok. pribadi)
Oleh Vet (veterinarian) disana, Bogot si anak kucing liar yang sakit diberi makan wet food merk Whiskas Junior rasa tuna dan lahap juga tandas. Duh cing, ke Vet kok cuman makan doang, di rumah malah diare dan muntah. Info dari Vet agar jangan diberi susu dan diberi 3 macam obat. Dua macam obat puyer untuk muntah yang diminum sebelum makan dan obat puyer diare serta obat sirup yang diminum pake pipet setelah makan. Sempat disuntik juga si Bogot oleh Vet dan biaya untuk pengobatan Bogot hari itu Rp100.000
Baca juga:
- Lima manfaat memelihara hewan di rumah
- Kucing-kucing di rumah
- Cara Memandikan Kucing Yang Benar Dan Mudah Di Rumah
Si Bogot Pendiam
Kucing Bogot termasuk pendiam di antara 4 ekor kucing yang ada di rumah saat itu. Oh ya, entah kenapa ini 4 ekor kucing semuanya sama, berwarna coklat muda keemasan. Kompakan, nih yee. Theo dan Kunkun yang posturnya lebih besar dari si Bogot dan Cimut. Cimut juga bulan April lalu ditemukan di teras rumah dan ini murni anak kucing kampung yang awalnya penakut banget selama 3 hari tidak keluar dari dusnya dan sekarang lincah sekali. Cimut sering mengajak kucing Bogot bercanda tetapi tidak mendapat sambutan hangat dari si kucing Bogot yang lebih pendiam. Si pendiam satu ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur.

Nemenin ngeleptop (dok. pribadi)
Kucing Bogot sering mengikuti saya bila di dapur. Mengendus-ngendus kaki saya dan akhirnya saya lepas sandal dan dengan enaknya dia tidur di sandal saya. Ah.. kecil banget kan dia di ukuran sandal saya yang ukuran nomer 39. Seperti tak berdaya si Bogot tuh.

Kecil banget kan si kucing Bogot (dok. pribadi)
Saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga selain memasak seperti mencuci menyeterika dan si kucing Bogot menemani saya. Kalau sedang menyeterika, dengan asyiknya dia tidur di tumpukan pakaian yang bakal diseterika. Geli kadang melihatnya. Saya ngetik di depan laptop, si pendiam Bogot pun menemani saya dengan bantalnya di meja dekat laptop. Tingkah lakunya saya abadikan dan saya simpan foto-fotonya di Instagram saya. Sempat juga saya membuat video dan mengaplotnya di Youtube saya.
Sayang Sama Saya
Si kucing Bogot tuh sayang sama saya. Sering nyamperin saya daripada nyamperin anak saya. Eh apa perasaan saya yah? Beberapa hari lalu saya sakit kepala lagi, saya tiduran di kamar, eh Si Bogot nyamperin saya. Sebelumnya si Cimut juga nyamperin saya, langsung ke perut dan tangannya seperti meluk saya. Gak lama si Bogot juga menyusul. Nyelip di tangan saya mencari kehangatan. Dan malah tertidur nyenyak sampai saya pindahkan ke bantalnya. Kapan itu juga merambat ke anak saya eeeh malah dengan enaknya tidur di pundaknya si Dinda berselimutkan rambut.

Tingkah laku si Kucing Bogot (dok. pribadi)
Lucu yah kelakuan kucing-kucing itu? Hiburan banget buat saya. Mereka tau ya kalau kita sayang dengan mereka. Beberapa hari lalu di ruang studio ketika kucing Bogot menemani saya yang sedang mengetik di depan laptop, saya memandangnya dan dia memandang saya juga. Kami saling berpandangan lama sekali dan matanya tak berkedip sedetik pun sampai saya ajak bicara, “Bogot kenapa, Nak? Yang sehat yah”. Dan kucing Bogot menyahut dengan mengeong kemudian menundukkan kepala kemudian tertidur. Entah apa artinya, semacam bahasa kalbu sepertinya.
Ke Vet Lagi
Saya memutuskan membawa si kucing Bogot ke Vet lagi esoknya karena makannya mulai tidak banyak, hanya sedikit, kadang malah gak mau makan. Dan yang paling bahagia tentunya si Cimut yang langsung menghabiskan jatah makan si Bogot. Kondisi kucing Bogot masih diare terus tetapi sudah tidak muntah lagi. Saya mulai khawatir karena dia makin lama makin lemas.
Pagi itu Rabu tanggal 20 Mei 2020, setelah saya ngeLive di Instagram bareng mba Sri Rahayu teman Blogger di Kota Malang saya langsung membawa kucing Bogot ke Vet lagi sekitar jam 10 lewat. Di tempat yang sama, saya dilayani seorang Vet yang berbeda dengan yang tempo hari saya datangi. Vet wanita cantik langsung dengan sigap memeriksa kucing Bogot dan mengatakan kecil kemungkinannya Bogot untuk hidup. Makjlebbbb… saya mendengarnya. Duh, nelongso rasanya saya mendengarnya. Mata mulai berkaca-kaca mendengar penjelasan Vet dan rasanya kaki saya saat itu lemas sekali. Vet memberi pilihan agar Bogot dibiarkan dengan membawa pulang atau diinfus dengan ditinggal disana tetapi tetap kecil kemungkinannya untuk hidup. Info dari Vet lagi, memang riskan dengan anak kucing usia seperti ini. Karena memang masih harus menyusui dengan induknya, dan ditemukan dalam keadaan sendirian saat itu kita nggak tau riwayat sebelumnya. Apakah dia tertular sakit apa sebelumnya, atau riwayat dia makan apa sebelumnya sehingga menyebabkan dia diare dan muntah? Yang pasti saat itu Bogot masih dehidrasi dan anemia. Anemia disebabkan dari kutu-kutunyang menghisap darahnya. Duh.
Setelah menandatangani surat persetujuan untuk rawat inap si kucing Bogot, saya pun meninggalkan mereka dengan hati yang galaw. Menyetir mobil pelan-pelan sampai beberapa kali diklakson motor dan mobil di belakang agar saya segera mempercepat laju mobil. Aah..
Gak sampai 2 jam saya tiba di rumah, saya mendapat pesan di whatsapp dari Vet. Tadinya gak mau nangis, tapi mengingat kebersamaan kami selama semingguan itu membuat saya menangis sejadi-jadinya. Saya berpikir, mungkin kemarin dia memandang saya lama ingin menyampaikan kalau badannya sebetulnya sudah sakit semua. Tapi nggak bisa mengucapkan. Duh, saya mengetik ini kok ya sambil mbrebes mili ya, hiks. Ya Allah, maafkan saya ya Ya Allah, saya nggak bisa merawat anak kucing di rumah Si Bogot dengan maksimal. Saya masih bertanya, kenapa kucing-kucing lain bisa selamat tapi kucing Bogot kok nggak selamat?

WA dari Vet dan mayat kucing Bogot yang sudah dibungkus (dok. pribadi)
Saya membawa pulang kucing Bogot dari Vet yang sudah dibungkus kertas. Vet mengatakan ketika diinfus, kucing Bogot mengalami kejang dan kemudian normal kembali nafasnya. Tetapi Allah berkehendak lain, ingin Bogot tidak sakit lagi. Saya mendengar penjelasan Vet hanya diam sambil menitikkan air mata. Nggak kok, saya nggak malu menangis di depan Vet.
Sesampainya di rumah, segera saya ambil cangkul mini saya dan menggali tanah. Saya yang menguburnya sendiri di halaman depan rumah. Aah.. Sambil menguburnya saya masih teringat pertemuan pertama kami, yang ketika itu saya sedang di luar menyiangi rumput dan dia muncul terhuyung-huyung. Ah, anak kucing liar di rumah, 9 hari bersama si Bogot yang pendiam sudah tiada.
Semoga Bogot bahagia di sana ya Nak.
Ya Allah… Sedih bacanya. Aku suka kucing tp gak mau pelihara. Tapi aku ngikutin cerita Bogor di status wa mbak Diah. Semoga bogot bahagia di alam sana ya mbak. RIP for Bogot
terima kasih mba Eni 🙂
Duh, kittennya cakep ya. Saya laki-laki yang nggak baper kalau dibentak-bentak orang. Tapi kalau kucing saya mati saya bakal nangis, jangankan mati lihat kucing saya sakit aja mata saya udah berair.
Di sekitar tempat tinggal saya juga ada beberapa kucing yang dipelihara kurang serius dan ditelantarin. Mereka suka main ke rumah saya minta makan. Ada yang kucingnya kurus gitu, yang anehnya pemiliknya tetap ngakuin itu kucingnya, tapi nggak mau ngasih makan dengan baik.
lho ya kok aneh yo Mas.. kasian kucingnya