Ketika aku sedang tidak baik-baik saja, pasti Happy People gak ada yang tau yekaaan. Sejak di Malang karena pindah, karena diboyong mantan suami setelah menikah dahulu tahun 2015. Seperti cerita yang dinanti dan akan berakhir bahagia, tetapi berakhir di Pengadilan Agama Malang😥
Baca juga:
Pengalaman Sidang Cerai Gugat di Pengadilan Agama Malang
Aku yang berasal dari Jakarta dan selalu berbagi cerita keseharianku selama di Malang melalui media sosial Facebook, yang menjadi perantara aku dan teman-temanku di Jakarta. Ketika mengetahui aku telah bercerai mereka kaget. Rata-rata mengatakan, “Elo tuh di FB gw liat happy-happy aja sama suami baru elo.”
Hmmm, sedemikan rapat aku menutup duka lara selama ini. Eciye, duka lara nih yee. Akhirnya aku angkat tangan dan angkat kaki meninggalkan mantan suami dan keluarganya. Babak belur lahir batin kualami dan byeee. Yang masih teringat terus di kepalaku ketika mantan mertua mengatakan kepada mantan suami, “Ceraikan saja, ceraikan saja” dan itu diucapkan berulang di depan mukaku setahun setelah kami menikah. Astaghfirulloh. Maklum ya gaess, aku kan cantik jelita jadi tuh mertua ngiri wkwk.
Dan bagaimana dengan keadaanku sekarang yang telah dua tahun bercerai? Jujur, aku sangat lega dengan perpisahan ini. Aku sudah tidak sakit-sakit lagi. Hidupku lebih santai, tidak repot lagi mengurus mereka, hehe.
Memang ini konsekuensiku sehingga aku harus mencari uang sendiri untuk biaya hidup di Malang. Tetapi Alhamdulillah Gusti Allah mboten sare. Rezeki selalu ada saja padahal aku bukan pekerja kantoran dengan fix income. Aku hanya seorang blogger juga make up artist di Malang.
Selain bisa hidup lebih santai, apa saja yang kurasakan? Jujurly, agak takut ya kalau ada teman yang mulai menyinggung tentang aku akan menikah lagi. Aku berpikiran, kayaknya nih pernikahan bakal menimbulkan masalah baru ya haha. Jadi kadang aku suka misuh-misuh sendiri kalau ada teman yang mulai membahas hal itu.
Tetapi dalam benakku, aku juga berfikir, eh aku kenapa yah? Apa ada trauma apa gimana yah? Dan kusadari aku sedang tidak baik-baik saja saat ini. Bila dibiarkan ini akan mengganggu kesehatan mentalku. Sampai suatu saat di grup Whatsapp membahas tentang konseling ke seorang psikolog di Malang. Dan aku sepertinya sangat membutuhkan konseling tersebut.
Sesuai goalsku di tahun 2023 yang gak mau neko-neko tentang materi, aku hanya mau yang terbaik untuk diriku dan anakku. Dan salah satunya adalah mencoba memperbaiki diri ini atau mentalku yang mungkin ada sesuatu yang error karena kekecewaan yang mendalam selama menjalani pernikahan.
Hari ini Kamis tanggal 16 Februari 2023.
Sudah beberapa waktu aku di bawah penanganan seorang psikolog di Malang. Seorang ibu yang welas asih, yang mau mendengar ceritaku dan sabar melatih aku untuk merelease emosi negatif. Memang tidak mudah yang kujalani ini karena memang membutuhkan latihan yang fokus juga berulang. Aku saat ini melakukan konseling dengan beliau satu minggu sekali.
Dari sekian latihan-latihan yang kujalani sepertinya hari ini yang paling heboh. Karena aku bisa menangis tersedu sedan sampe sesak nafas dan buntu hidungku hingga dipeluk erat oleh psikologku. Aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu dan Ibu mengatakan bahwa aku sudah memendam lama ini sendirian. Sampe malu deh aku tuh tadi, jangan-jangan aku nangis dan kedengeran sampe ke luar haaa.
Yawdahlah, moga aku gak mau ingat-ingat lagi dengan mantan mertua itu😆 Tadi memang latihannya release emosi negatif orang yang paling tidak kusukai. Tetapi memang sedikit lega dan aku harus mengizinkan diri ini untuk memaafkan. Dan ini tidak mudah setelah apa yang kuterima perlakuan kala itu. Kata Ibu memang harus terus berlatih.
Mungkin Happy People menganggapku gila karena aku pergi ke psikolog tetapi aku memang butuh bantuan dari seorang yang ahli. Oh ya aku mau info juga, mendatangi seorang psikolog berbeda dengan ke psikiater. Kalo ke psikolog tidak ada obat-obatan. Harus ada kesadaran dari diri sendiri untuk menyembuhkan dan tidak ada ketergantungan ke psikolog.
Tetapi sebetulnya aku banyak melihat di sekitarku, paling gampang liat di whatsapp grup atau status teman-temanku. Aku jadi tau kalau orang ini ada masalah, tetapi ketika aku coba bantu agar dia konsul dengan psikolog tetapi menolak. Ya memang itu hak dia sih, tetapi malah jadi bahan ghibahan wkwk. Dasar emak-emak.
Pasti ada yang komen, eh gak malu ya, aku cerita-cerita ke publik kalo konsul ke psikolog. Kalau aku sih nggak malu. Psikologku malah bangga aku sudah mulai berani mengakui kalau aku mendatangi beliau dan itu berarti ada kemajuan selama aku konsul dengannya.
Ketika aku sedang tidak baik-baik saja saat ini, aku berusaha keras menyembuhkan luka yang sudah lama menganga.
Ketika aku sedang tidak baik-baik saja saat ini, aku tidak butuh empati kalian.
Ketika aku sedang tidak baik-baik saja saat ini, aku akan melakukan apa yang aku suka, bisa jadi akan melukai perasaan kalian (ih sadis ini mah… ssttt, namanya juga lagi gelok wkwkwk)
Aku hanya seorang introvert yang berhak bahagia, sedang menjalani terapi dengan psikolog di Kota Malang untuk menyembuhkan semua luka. Di kota ini aku jauh dari keluargaku, hanya aku dan anakku. Doakan kami ya Happy People😘
Yang sabar dan kuat yaaa mba Dyah 🤗🤗. Aku malah lega mba berani mengambil keputusan cerai, karena menurutku kehidupan pernikahan seperti itu memang toxic sekali. Ga bagus untuk diri sendiri. Nikah kan memang maunya bahagia berdua ya mba. Kalo salah satunya merasa sakit terus2an, untuk apa dipertahankan.
Gpp kalo harus ke psikolog atau pun psikiater. Buatku mereka malah membantu untuk menyembuhkan mental kita sebelum semakin parah.
thanks supportnya ya my dear 😘😘
Cemunguuuudddhhh, eboooooo… aku padamuuu
Mellow selaki ceritanya mbak diah. Aku baca sambil nangis. Lalu aku tersenyum bahagia dan lega. Alhamdulillah ya mbak