Coban Tarzan Malang akhirnya berhasil saya kunjungi beberapa waktu lalu bersama seorang teman dari Pacitan. Sebelum saya pergi ke coban di Malang ini, saya menghubungi Mas Helsom di nomor WA 0822 6473 1819. Mas Helsom ini pengelola coban-coban di Jabung. Pertama saya kenal waktu pertama kali berkunjung ke Coban Tempursari yang sekarang sudah berubah nama. Maksud hati ke Coban Tarzan mau sekalian bertemu dengan beliau, tetapi ternyata tidak bisa urung karena Mas Helsom ada keperluan.
Air terjun kalau di daerah Jawa Barat banyak disebut curug sedangkan di Jawa Timur banyak yang menyebutnya coban.
Rute ke Coban Tarzan Malang dari Rumah Saya
Karena posisi rumah saya di GOR Kenarok Kedungkandang, sedangkan teman saya di daerah Blimbing, maka kami sepakat untuk bertemu di Kantor Kecamatan Pakis.
Rute ke Coban Tarzan yang salah satu wisata Malang ini kalau dari rumah saya yaitu melewati Ampel Dento dan belok kanan ke arah Tumpang. Saya bertemu dengan teman saya di Kantor Kecamatan Pakis dan mulai beriringan motor dengan motor saya berada di depan.
Tetapi apa yang terjadi Happy People?
Saya buka Gmaps dan langsung menuju titik ke Coban Tarzan. Perjalanan kami yang terus menanjak dan naik hingga melewati Coban Siuk. Dengan jalanan yang hanya muat satu mobil dan sepi tidak ada motor yang lalu lalang. Beberapa kali kami melewati petani yang sedang berjalan kaki. Di sebelah kiri kami jurang yang membuat kami cukup was-was saat menyetir dengan kondisi menanjak terus.
Baca juga: Coban Siuk, Wisata Air Terjun Di Jabung Malang Yang Sejuk
Kemudian akhirnya kami tiba juga di titik Coban Tarzan. Tapiii, nah lho, tidak ada tanda-tanda pintu masuk menuju Coban Tarzan. Daaaan akhirnya saya baru ngeh. Sebelum ke Coban Tarzan, saya kan cek dan ricek dulu di Youtube dan Google. Kalau mau ke Coban Tarzan itu melewati Kopi Keceh terlebih dahulu. Hmmzzzzz..
Barulah saya ngeh di situ, jadi saya harus buka Gmaps Kopi Keceh. Haduuh, kok ya bisa lupa ya. Tetapi ini Gmaps Kopi Keceh kok juga masih lurus terus yah? Hingga akhirnya ada motor lewat dan kita tanya kalau Kopi Keceh masih terus. Kami pun percaya, setelah melewati pohon-pohon dan jalanan sepi yang masih menanjak, duerrr, ketemulah sebuah kampung dan kami bertanya.
Pemilik warung malah tidak tahu keberadaan lokasi Kopi Keceh, tetapi ada pembeli di warung itu kalau kami salah jalan. Hahhh?? Jadi di bawah sana tuch sebetulnya ada pertigaan, ke kanan yang naik ke atas yang kami sedang lewati dan lurus itu ke Kopi Keceh. Ih sedih kali laaah. Temen saya beli bensin di warung tersebut. Jadi jauh-jauh ke atas judulnya cuman beli bensin doang, huh!!
Nyasar kok ya jaoh amet siiiiy, wkwk.
Akhirnya kami turun lagi dan harus lebih hati-hati karena kami juga banyak ngerem. Akhirnya tibalah kami di pertigaan yang dimaksud oleh pembeli di warung tadi. Emang ada pertigaan dan ada tulisan Kopi Keceh dengan tanda panah. Lha iyaa, kok tadi bisa gak liat seeeh😪
Akhirnya kita mengikuti jalan ke Kopi Keceh. Jalan yang dilalui awalnya mulus dan ada jalan masih berbatu yang panjangnya lumayan juga bikin badan terguncang-guncang dan tangan pegal-pegal mengendalikan setir untuk menghindari jalan-jalan berlobang.
Jadi nih, untuk kalian Happy People yang berencana untuk pergi ke Coban Tarzan, ikuti Gmaps yang Kopi Keceh ya, hehe.
Tiba di Kopi Keceh
Akhirnya kami lega juga karena akhirnya tiba di Kopi Keceh Malang. Kami pun segera parkir. Parkiran Kopi Keceh dan Coban Tarzan itu jadi satu ya. Karena memang Coban Tarzan itu masuk ke dalam setelah melewati Kopi Keceh. Untuk Harga Tanda Masuk Coban Tarzan Malang dan Kopi Keceh dikenakan Rp 10,000 dengan parkir kendaraan roda dua Rp 2,000.
Ada apa saja di Kopi Keceh?
Jadi tuh ada aliran sungai kecil dengan kedalaman airnya yang dangkal. Airnya ini berasal dari Coban Tarzan yang mengalir dari atas. Dan di sepanjang aliran sungai ini diletakkan meja serta kursi kayu yang diatur sedemikian rupa. Sehingga pengunjung dapat duduk dengan merendam kaki sambil makan dan minum.
Di area setelah parkiran terdapat beberapa warung yang menjual kopi, mie instan dan gorengan. Sehingga pengunjung membeli makanan dan minuman kemudian membawa sendiri ke meja kursi yang di aliran sungai.
Teman saya membeli gorengan seadanya Rp 5 ribu dapat empat potong. Kami tidak membeli kopi, saya sendiri sudah membawa kopi di tumbler juga ada air putih.
Kami tidak melupakan berfoto ria di Kopi Keceh. Airnya juga dingin menyentuh kaki saya. Saya sendiri saat itu tidak terlalu suka merendam kaki di air, malah kaki saya letakkan di bawah meja yang ada penyangga kayunya.
Pengunjung tidak banyak yang healing-healing hari itu. Karena memang hari itu hari Idul Adha tetapi Kopi Keceh tetap buka dari jam 8 pagi setelah sebelumnya saya mengonfirmasi kedatangan kami ke Coban Tarzan melalui Mas Helsom.
Tak lama kami menyelesaikan mengudap cemilan gorengan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Coban Tarzan.
Coban Tarzan yang Bikin Deg-Degan
Kami mulai berjalan melalui jalur tracking yang sudah tertata dengan rapi. Di kanan kiri banyak bermacam-macam tanaman. Ada jalur tracking yang lumayan menanjak untuk kami lalui walau pun hanya beberapa meter. Memang sudah diatur undak-undakannya, tetapi tetap aja bikin ngos-ngosan kami yang jarang berjalan seperti itu.
Dari kejauhan kami mulai melihat Coban Tarzan dan makin lama makin dekat. Sepanjang perjalanan tidak ada siapa-siapa selain hanya kami berdua, serangga-serangga serta aneka tanaman. Hingga akhirnya kami tiba di sebuah batu besar yang di baliknya bisa untuk jalur menurun menuju Coban Tarzan.
Entah kenapa, perasaan saya tidak enak berada di sana untuk berlama-lama. Entah seperti ada sesuatu di Coban Tarzan kali itu. Boro-boro mau turun dan mandi-mandi di bawah air terjunnya langsung, saya hanya melihat dari balik batu besar, berfoto sebentar dan nggak ada 5 menit kami berada di sana. Teman saya mencoba mencairkan suasana karena melihat saya yang tegang, dengan minta difoto dengan gaya lucu-lucu di depan batu besar.
Padahal tuh saya sudah bawa baju ganti, siap untuk mandi-mandi di Coban Tarzan. Malang Tetapi malah saya yang deg-degan tidak karuan saat itu. Sambil jalan pulang saya bertanya ke teman saya apakah merasakan hal yang sama, seperti yang saya alami? Apa karena hanya kami berdua saja saat itu karena suasana sepi dan agak gelap membangkitkan sensasi lain. Ternyata yang dirasakan teman saya juga sama, huhu😣
Kami berjalan pulang kembali ke Kopi Keceh terburu-buru seperti kayak dikejar-kejar (setan) wkwk. Perasaan ini jalan pulang kok jauh amat yah. Padahal jalur trackingnya nggak jauh-jauh amat deh. Tadi berangkatnya juga gak sampai 15 menit. Pas yang jalur menanjak tadi, nah pas turunnya rasanya ingin mbrosot aja. Karena kan harus pelan-pelan karena memang terjal banget. Gak tau deh rasanya kayak takut aja. Ih kenapa juga yah saya kemarin itu haha.
Kalau diingat-ingat rasanya lagi gak asyik aja deh. Udah nyasar dan setibanya di Coban Tarzan Malang malah kayak ketakutan. Ah, gue nggak asyik dah!
Memang biasanya di air terjun kesan mistisnya banyak. Kadang banyak cerita legenda yg bdrhubungan dg air terjun