Tomboan Ngawonggo, Kuliner Tradisional Ala Pedesaan di Malang – Tomboan Ngawonggo dibuka pada saat pandemi tepatnya bulan Maret 2020. Mengusung konsep wisata kuliner tradisional Jawa Timurandimana pengunjung yang datang ke Malang merindukan suasana dan nuansa pedesaan yang masih alami. Seperti apa salah satu wisata kuliner Malang Tomboan Ngawonggo, yuk kita simak di bawah ini.

Lokasi Tomboan Ngawonggo Malang

Lokasi Tomboan Ngawonggo Malang berjarak sekitar 17 KM atau 35 menit dari Alun Alun Kota Malang. Berlokasi di jalan Rabidin RT 03 RW 04 Dusun Nanasan, Ngawonggo, Kec. Tajinan, Malang, Jawa Timur 65172.

Tomboan Ngawonggo buka setiap hari dari jam 8 pagi dan tutup jam 20.00 WIB. Setiap Jumat buka setelah shalat Dhuhur dan libur setiap hari Kamis.

Saya berkunjung ke Tomboan Ngawonggo setelah sebelumnya dari salah satu wisata Malang yaitu Sumber Jenon. Dengan menggunakan sepeda motor menuju wisata Ngawonggo yang lokasinya tidak jauh dari Sumber Jenon. Hanya dengan mengikuti petunjuk arah dari Google Maps, saat itu akses menuju ke Tomboan Ngawonggo menghabiskan waktu sekitar 12 menit atau sekitar 5,5 KM melewati jalan kecil. Sepanjang perjalanan kami melewati kebun tebu, sawah dan kebun lainnya.

lokasi tomboan ngawonggo

Akses jalan yang sepi dengan kebun di kiri kanan jalan

 

Sampai kemudian tiba di suatu perkampungan, kemudian kami dipersilakan untuk parkir di halaman rumah penduduk.

Baca juga: Wisata Kuliner Tradisional Di Malang, Kamu Pasti Suka

Berpakaian Ala Tradisional Jawa Timuran

Ketika masuk ke wisata Tomboan Tajinan, saya disapa seorang gadis cantik yang berpakaian kebaya. Si mbak meminta kami untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu. Di dalam area Tomboan Ngawonggo, kami melihat mas dan mbaknya semua berpakaian ala tradisional Jawa Timuran.

Masuk ke area ini harus berpakaian sopan dan bertutur kata juga bertingkah laku yang santun.

akses ke tomboan ngawonggo

Kental Suasana Pedesaan

Sesuai protokol kesehatan, setiap pengunjung wajib mematuhi disipin cegah COVID-19. Yaitu dengan tetap menjaga jarak, mencuci tangan dan selalu menggunakan masker penutup mulut. Kami berjalan masuk ke dalam menuju Tomboan Ngawonggo. Ada tempat cuci tangan dan kami terus berjalan masuk melewati kebun pohon salak dan bambu.

Memasuki Warung Tomboan Ngawonggo yang kental suasana pedesaan, kami mengisi buku tamu dengan menulis nama dan asal kota. Meja dan kursi kayu dengan desain kuno tradisional tersebar di seluruh kebun bambu. Meja dengan lubang-lubang di tengah yang dapat digunakan lubangnya untuk bermain dakon/congklak. Bangunan arsitektur tradisional khas Jawa Timuran berdinding kayu dengan kursi amben di teras. Kendi-kendi dari tanah liat berisi air putih dingin berjajar dengan gelas-gelas batok kelapa.

situs ngawonggo

Pawon ((sumber: dok. pribadi)

 

Tak jauh dari rumah berdinding kayu ada pawon dinding terbuka dilengkapi tungku perapian menggunakan kayu bakar. Hal yang jarang saya temui sehingga saya sangat excited banget melihat hal itu. Di pawon ini ada tungku dengan bahan bakar kayu yang digunakan untuk merebus air di ceret untuk minuman para pengunjung. Pengunjung bisa memesan aneka minuman tradisional. Di sini boleh juga kok berpoto ria di sana sambil pura-pura masak air di tungku ^_^

Di belakang pawon, tungku-tungku sibuk memasak nasi menggunakan dandang perunggu yang ada pinggangnya. Saya pernah melihatnya itu di kisah-kisah jaman dahulu kala. Eh ternyata saya melihat dandang wujud aslinya di Tomboan Ngawonggo.

Fasilitas yang ada di Tomboan Ngawonggo berupa mushala dan toilet dengan air bersih. Area motor dan mobil yang tersedia di halaman rumah penduduk. Membayar uang parkir bisa langsung ke Kotak Asih yang disediakan. Membayar dengan seikhlasnya. Di sini tidak ada HTM, ya.

 

@happydyahdotcomTomboan Ngawonggo ##kulinermalang ##tomboan ##ngawonggo ##happydyah ##wisatamalang ##kulinermalang ##hijabtraveler ##situsngawonggo♬ CONFETTI INSTRUMENTAL – Utkarsh Uppal/Aymen Mohamedali/Shalee Gherbaz

Harus Reservasi Terlebih Dahulu

Untuk datang ke kuliner Jawa Timuran ini dan ingin menikmati kuliner tradisional ala pedesaan di Tomboan Ngawonggo harus reservasi terlebih dahulu melalui DM instagram @tomboan_ Karena berkaitan dengan tempat yang terbatas juga mematuhi protokol cegah COVID-19. Kan, kasian tuh, udah dateng jauh-jauh ternyata gak dapet tempat dan makanan, bisa kecewa huhu.Oleh karena itu, untuk datang ke kuliner yang sedang viral ini harus reservasi terlebih dahulu.

kuliner jawa timuran

Cara reservasi Tomboan Ngawonggo (sumber: dok. pribadi)

 

Etapi pernah sih, pas kunjungan saya ke sana pada bulan Maret 2021 itu nggak reservasi dulu. Saya sih sudah tahu konsekuensinya, bila tidak reservasi ya tidak dapat menikmati kuliner disana. Tetapi mas Abin bawa piring kosong nawarin saya, yeay, rejekiii. Alhamdulillah.

petirtaan ngawonggo malang

Dengan mas Rahmad Yasin dan Mas Abin

Menu Makanan dan Minuman Tradisional Ala Pedesaan Jawa

Di tengah rerimbunan kebun bambu, Tomboan Ngawonggo berdiri atas swadaya masyarakat Ngawonggo tanpa bantuan BUMDES. Ibu-ibu RT bergotong royong setiap hari menyediakan menu makanan minuman tradisional ala pedesaan Jawa.

Jajanan tradisional diantaranya getuk, sawut, apem, horok-horok, jemblem, lepet, ongol-ongol, sate tahu, putri lemet, dan iwel-iwel. Lapar mata melihatnya. Semuanya pengen dicobain. Dengan piring dari tanah liat beralaskan daun pisang, jajanan dapat dinikmati sambil duduk-duduk ditemani wedang di gelas batok kelapa.

menu tomboan ngawonggo

Jajanan tradisioanal Tomboan Ngawonggo (sumber: dok. pribadi)

 

Aneka minuman seperti wedang abang dan wedang ijo dapat dipesan. Wedang abang terdiri dari rimpang-rimpang diantaranya kayu secang. Wedang ijo dari daun kelor yang telah dijemur kemudian diseduh dengan air panas. Wedang Ngawonggo terbuat dari jeruk, sereh dan jahe. Ada juga wedang rosella dari bahan baku bunga rosela.

minuman tomboan ngawonggo

(sumber: dok. pribadi)

 

Semua komposisi minuman fungsinya menambah daya imunitas tubuh yang bahan-bahannya berasal dari Desa Ngawonggo. Tomboan sendiri berasal dari kata tumbuhan. Tamu yang datang melepas penat dengan menikmati jajanan dan minuman tradisional di Ngawonggo. Rasanya gimana tuch? Rasanya tiada tara, Happy People.

Di sini tidak ada tarif khusus untuk harga untuk makanan, minuman mau pun jajanan. Pengunjung bisa langsung memasukkan uang seikhlasnya ke Kotak Asih. Dengan tidak ada tarif khusus sehingga pengunjung lebih enjoy menikmati suasana di sana.

Menu makanan tradisional seperti sego empok, nasi liwet, urap-urapan, tahu tempe, sambal tomat, sayur lodeh, bothok dan lainnya. Semuanya vegan dan tidak ada yang diolah dari makhluk hidup.

menu tomboan ngawonggo

menu makanan di Tomboan Ngawonggo (sumber: dok. pribadi)

 

Video Tomboan Ngawonggo ketika saya berkunjung kembali pada bulan Maret 2021

Petirtaan Ngawonggo

Tak jauh dari Tomboan Ngawonggo terdapat Petirtaan Ngawonggo yang sejak tahun 2017 mulai dikenal ke khalayak umum oleh Rahmad Yasin warga Desa Ngawonggo.

Tomboan Ngawonggo merupakan aset purbakala peninggalan Kerajaan Medhang Kamulan pimpinan Empu Sendok yang berdiri sejak 944 Masehi sebelum adanya Kerajaan Majapahit. Situs ini semacam komplek petirtaan atau bangunan sumber air yang terdiri dari enam kolam dengan ukuran serta fungsi berbeda. Selain untuk memenuhi kebutuhan air untuk masak dan mandi pada jamannnya saat itu, petirtaan itu juga digunakan untuk hal religius seperti untuk semedi dan menyucikan diri.

petirtaan ngawonggo

Situs Petirtaan Ngawonggo (sumber: dok. pribadi)

 

Berada di tepi Sungai Manten, untuk masuk ke Tomboan situs Ngawonggo para pengunjung melewati jembatan kayu. Pengunjung diminta untuk menjaga tingkah laku seperti berpakaian sopan dan bertutur kata santun. Yang wanita tidak boleh dalam keadaan sedang haid juga tidak diperbolehkan membawa makanan minuman dari luar karena sangat dijaga kelestarian ekosistemnya di sana.

situs petirtaan ngawonggo

 

Kawasan Petirtaan Ngawonggo dikelilingi oleh pohon bambu. Baru kali itu saya melihat pohon bambu besar dan tinggi. Lingkaran bambunya sangat besar melebihi genggaman tangan saya. Ketika saya sedang sendiri berfoto membandingkan tangan saya dengan batang bambu, tiba-tiba terdengar suara menggeram. Saya tungguin kok nggak ada yang keluar ya, saya pikir itu suatu hewan, tapi apa yah? Tak lama menunggu, saya baru sadar jika saya masih sendiri dan saya langsung berteriak sambil berlari mencari teman saya untuk segera kembali ke Tomboan Ngawonggo. Terengah-engah saya sambil tak habis pikir. Suara apakah yang saya barusan dengar itu. Kalau diingat-ingat rasanya masih takut dan ingin tertawa. Untung saya tidak melihat ke atas pohon bambunya, #eaaa.

Yuklah Happy People, yang belum mampir ke Tomboan Ngawonggo Malang, untuk menikmati kuliner tradisional ala pedesaan. Cuzz langsung ke sana. oiya dan jangan lupa, sebaiknya reservasi dulu yah.