Ulang tahun ke 50 pada akhir Agustus tahun lalu, tetapi baru saya tulis hari ini. Di mana hari ini lebaran kedua, posisi saya sedang berada di Jakarta, saat saya mudik alias ngota.

Saya yang berdomisili hampir 10 tahun di Kota Malang dengan berbagai macam cerita, yang akhirnya sudah tiga tahun terakhir ini selalu rutin mudik ke Jakarta ke rumah orang tua saya berada.

Ah jadi ngalor ngidul soal lebaran dan mudik, apa kabar kalian Happy People? Sebelumnya saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri juga mohon maaf lahir dan batin ya. Mungkin saja Happy People merasa bete dengan ucapan dan perbuatan saya, hmzzzz.

Ulang Tahun ke 50, Ngapain Aja?

Ngapain banget sih saya iseng banget nulis artikel ulang tahun ke 50 ngapain aja? Menurut saya sih istimewa banget. Lha kenapa?

Being a Single Mom

Di usia 50 tahun saya masih menjalani peran sebagai single mom dari satu orang anak. Anak perempuan saya yang baru lulus cumlaude dari Universitas Brawijaya di akhir Maret 2025. Bahagia punya anak yang lulus cumlaude tentunya!

Single mom untuk yang kedua kalinya rasanya gimana? Ya dijalani saja. Jauh dari keluarga Jakarta dan menjalani hidup berdua bersama anak di Kota Malang.

Baca juga: Pengalaman Sidang Cerai Gugat di Pengadilan Agama Malang

Saya membersamai anak saya yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya dan di bulan Agustus tahun lalu anak saya baru menyelesaikan magang MSIB selama 4 bulan.

Mengalami Saraf Kejepit Leher

Yups.. sejak bulan Juli 2024 saya didiagnosa HNP Cervical oleh dokter saraf RS Panti Nirmala. Jadi sakit kepala yang sering saya alami sejak pindah ke Malang itu adalah gejala dari saraf kejepit leher. Dan gejalanya hingga kesemuan hebat di tangan kanan. Terapis hanya geleng-geleng kenapa saya sekuat itu menahan beban, eeeh.

Bulan Juni saya ambruk karena selama dua hari saya mengalami sakit kepala berat, separo badan kanan sudah lemas, kepala sudah tidak bisa menunduk dan menengadah. Ya masih untung ketauan deh. Kalau gini sih emang beneran orang Jawa. Katanya orang Jawa kalau lagi sial tetapi masih bisa bilang untung, haha.

Baca juga: Saraf Kejepit di Leher, Ini Pengalaman Saya

MRI di Rumah Sakit

Di ulang tahun ke 50 akhir Agustus tahun lalu saya anggap memang istimewa. Di pagi itu saya ke rumah sakit untuk menjalani prosedur MRI. Ketika dokter saraf menentukan tanggal untuk MRI, saya surprised juga. Wuih, bersamaan dengan ulang tahun ke 50. Lucuk juga nih!

Bisa-bisanya saya saat itu bilang lucu, tetapi saat keluar dari tabung MRI air mata saya meleleh di pipi kanan dan kiri. Miris banget menurut saya waktu itu. Ngerasa tinggal di Malang sendirian, kemudian sakit dan menjalani semuanya sendiri. Ah,, emang sayanya aja yang lagi melow.

Bagaimana rasanya MRI? Hadooh, memang tidak terbayangkan sebelumnya. Saya juga tidak mencari informasi apa pun tentang MRI. Yang saya tahu kalau saya akan tiduran kemudian masuk ke tabung panjang. Berapa lamanya pun tidak saya cari tahu.

Dan ternyata, begitu ya rasanya. Setelah berganti baju atasan dengan kimono rumah sakit, saya diminta tiduran di meja pemeriksaan. Kemudian saya diselimuti dan diikat serta di tangan kanan saya diberi bell oleh petugas. Kalau saya tidak kuat, saya bisa memencet bel tersebut.

Saya hanya mengangguk-angguk saja kemudian headset dipasang di telinga saya. Tetapi ketika mendengar petugas kalau saya berada selama 40 menit di dalam tabung, langsung jiper juga, huuuu.

Perlahan meja pemeriksaan yang saya tiduri memasuki tabung. Sebelumnya saya diminta memejamkan mata dan tidur diam tidak bergerak. Tak lama kemudian suara-suara mulai bermunculan di dalam tabung. Ada suara seperti sirine ambulan, sirine damkar, ada suara thot thot thot dan banyak lagi. Saya sebetulnya menanti suara teloletnya bus antar kota, ih tapi kagak ada yak, huahaha. Eh jangan salah ya, kalau saya lagi motoran di jalanan di Malang dan ada bus lewat yang telolet saya langsung dadah-dadah seneng bangetttt🤣🤣

Empat puluh menit saya lalui dengan tidur diam memejamkan mata sambil mendengarkan bermacam suara yang bergantian. Jelang akhir saja saya baru merasa melow akhirnya nangis. Eh tapi nangisnya nggak kejer sih, cuma meleleh aja air mata di pipi. Kan kata petugas gak boleh gerak-gerak, makanya saya diikat, jadi nangisnya getu aja, Halah..

Setelah saya melalui prosedur MRI kemudian saya pasang status di Whatsapp. Ternyata ada teman saya menyahut, kalau suaminya gak kuat saat di-MRI dan langsung pencet bell. Hihi, berarti saya termasuk manusia kuat ala Tulus, yak. Hm,, jadi pengen nyanyi kaan.

ulang tahun ke 50
Foto: alodoc.com

Menikmati Tahu Lontong Lonceng

Setelah MRI di rumah sakit, saya mampir makan tahu lontong Lonceng yang tak jauh posisinya. Kuliner legendaris ini termasuk yang sering saya datangi. Dan lebih sering saya datangi sendirian. Ya iyalah, kalau teman di Jakarta bilangin saya jomblowati.

Tahu lontong Lonceng ini istimewa, karena sudah generasi ketiga sejak tahun 1935. Tahu telurnya renyah crispy karena digoreng menggunakan minyak kelapa. Depotnya juga masih jadul, menyisakan sejarah masa lampau. Tetapi ya ramai saja yang mendatangi tahu lontong Lonceng tersebut.

Baca juga: Kuliner legendaris di Kota Malang yang harus dicoba

Boleh dong ya ulang tahun ke 50 makan sendirian di sana. Gak ada salahnya tuh!

Potong Rambut di Griya Cantik Queena

Setelah makan saya menyetir motor jadul saya Suzuki 2011 mengarah ke tengah kota. Saya mau potong rambut di Griya Cantik Queena langganan saya yang berlokasi di Jalan Dewandaru. Salon khusus wanita yang sering diantriin mahasiswi-mahasiswi yang berkuliah di Malang, termasuk anak saya dan teman-temannya.

Saya minta kapster untuk meratakn rambut saya dengan model bob sepanjang bahu supaya masih bisa diikat. Saya tidak menambah treatment dengan creambath. Entah kenapa kalau habis creambath malah sering rasanya gak enak semua. Di salon wanita Malang tersebut saya hanya cuci, potong, pake hair tonic dan blow. Udah diblow jadi cakep, eeh saya kuncir dan pake hijab lagi, eaaa.

Ngeteh di Toko Kopi Padma Malang Kayutangan

Posisi rumah saya di Malang itu berada di pinggiran kota. Tetapi masih kotamadya, sehingga dari salon untuk menuju rumah saya akan melewati kawasan Kayutangan. Ada yang tau nggak, daerah Kayutangan di Malang itu seperti apa?

Ada yang bilang mirip Malioboro Jokjakarta. Pedestrian lebar dengan kursi dan lampu berukir. Kayutangan sekarang didesain dengan aneka toko-toko yang memiliki pedestrian dengan kursi-kursi besi yang banyak dipakai orang-orang untuk berfoto ria. Tak jarang kawasan Kayutangan dipakai juga untuk spot foto pre wedding.

toko kopi padma malang

www.happydyah.com

Saya mampir di Toko Kopi Padma dan memesan teh. Saya malah nggak pernah ngopi kalau ke sana. Lebih seringnya memesan specialty tea dengan camillan. Di toko tersebut saya ngeleptop menyelesaikan job-job artikel. Doing special things di ulang tahun ke 50, so happy lah.

Menjalani semua sendiri menurut saya nggak masalah. Karena memang ini semua konsekuensi yang harus saya jalani dan saya ketika memilih jalan untuk berpisah yang kedua kalinya.

Tetapi lucu aja sih, beberapa teman di Malang tanya-tanya tentang cerai ke saya dan saya tanya mau cerainya karena apa. Pada gak masuk akal semua jawabnya. Yang masih gamon dengan mantanlah, alias CLBK lagi sama mantan padahal masing-masing sudah berkeluarga😲 Ada juga yang mau cerai karena kena ribalah, wes mboh. Saya mau ketawa tapi takut rosa🙄 Saya cuman bilang ke mereka, yang cerai cukup saya saja, kalian jangan.

Jadi janda itu tidak mudah, dikiranya mudah ya. Sering diremehkan, disepelekan, direndahkan, kalau mental gak kuat ya stres sendiri. Belum godaan tuh bisa macam-macam ya. Mobil pajero, fortuner datang gantian ke rumah saya, eh buset deh, gw gak main sama bapak-bapak suami orang wooiiii wkwkwk.

Demikian cerita saya ngapain aja ulang tahun ke 50. Sehat-sehat selalu untuk diriku dan kalian semua Happy People!!