Hari ini tanggal 25 Desember 2022. Yah,, tepat dua tahun yang lalu aku dijemput sepupu-sepupu dari pihak papaku. Mereka berempat datang dari Madura untuk menjemputku dari rumah kontrakan mantan suami dan sekalian mengantar aku pindah ke rumah kontrakanku yang baru. Kontrakan yang kutempati hanya aku dan anakku berdua saja. Eh sama kucing juga ding.
Masih teringat, kejadian aku meminta cerai saat itu anakku sedang UAS semester 6 di sebuah SMA negeri terbaik di Malang. Usai UAS kuminta anakku segera ke Jakarta dengan maksudku untuk menyelamatkan psikisnya. Aku tidak mau anakku mengetahui kondisiku yang tidur sendiri di studio, mencari rumah kontrakan baru sendiri, packing barang-barang semua sendiri. Intinya aku tidak mau anakku mengetahui perceraian ini.
Teringat di benakku, orang yang pertama kali kuhubungi ketika aku memutuskan untuk bercerai adalah papaku. Di ujung telfon di sana papaku hanya mengatakan, “Ya nanti papa bantu.” Aku sebetulnya tidak minta untuk dibantu secara finansial, kan nelpon papa mau kasi tau kalau aku memutuskan untu bercerai. Ya begitulah orang tua.
Setelah dua minggu menempati rumah kontrakan baru, aku ke Pengadilan Agama Malang untuk memproses perceraianku. Hanya menjalani sidang sebanyak dua kali, Pak Hakim memutuskan dan menyetujui gugatanku untuk bercerai dengan mantan yang tak pernah dihadiri olehnya. Selama sidang, Papaku dengan setia menemaniku juga bertindak sebagai saksi. Dan akte cerai pun selesai beres pada bulan Maret 2021 yang kulanjutkan proses pecah KK/pecah Kartu Keluarga dengan KTP berstatus baru dan mengurus BPJS aku dan anakku.
Tak terasa waktu berjalan dengan singkat, aku menjalani peran ganda untuk anakku. Aku sangat menjaga psikis anakku, karena memang aku sebelumnya juga menggugat cerai ayahnya di tahun 2013 silam. Tetapi Alhmadulillah anakku memang anak hebat. Anakku biasa saja, namun aku sangat bangga padanya. Di tahun 2021 anakku diterima masuk kuliah di Universitas Brawijaya Malang.
Keluarga Jakarta hanya meminta aku segera kembali ke Jakarta, tetapi kuputuskan aku menemani anakku di Malang. Entah bagaimana caranya, ada saja rezeki untuk aku dan anakku supaya bisa tetap hidup di kota ini. Sering kumeminta padaNya dan semesta, aku SUDAH punya rumah di Malang berikut kendaraan dan banyak uang. Dan semesta mendukung, tak diduga di tahun 2022 aku bisa membeli rumah baru dan motor bekas untuk kendaraanku sehari-hari. Alhamdulillah Ya Allah.
Baca ini juga dong:
Keajaiban Scripting LoA, Banyak Keinginan Sudah Tercapai
Ketika bertemu dengan orang-orang, sering aku ditanya, “Eh mantannya apa kabar?” Atau ada yang nanya, “Elo dapat apa aja dari mantan elo yang ini?” Aku hanya geleng-geleng kepala. Mereka kenal juga tidak, tetapi usil. Aku hanya menjawab singkat, “Bukan lelaki sejatilah. Diundang ke pengadilan pun tak datang.” Kalau mau menuruti nafsu, bisa saja kuceritakan segala aibnya menurut versiku, tetapi itu bisa membuatku lelah dan hanya menjadi ghibahan semata. Yang pada akhirnya aku malas bertemu dengan orang-orang.
Beda halnya dengan keluargaku. Satu pun keluargaku tidak ada yang menanyaiku ketika aku mudik lebaran ke Jakarta atau pun di perbincangan sehari-hari. Mereka sangat menjaga perasaanku dan juga sangat menghargai keputusanku meninggalkan mantan. Kalau aku bilang nih, “Gue perempuan punya harga diri, gak bisa gue diinjak-injak selama pernikahan. Good bye bai bai deh.”
Toh aku nggak dapat apa-apa selama menikah dengannya, malah sakit-sakitan, mulai dari gatal-gatal, sakit kepala setiap hari hingga tumor jinak sebanyak delapan buah yang menyebar di kedua payudaraku. Subhanallah. Tak hanya itu saja, stress akut yang kualami di usia 43 tahun menyebabkan aku mengalami pendarahan hampir selama sebulan dan berakhir dengan tindakan kuret karena penebalan dinding rahim di RS Hermina Malang. Dan di usia 45 tahun aku sudah tidak mengalami mentruasi lagi. Mau nikah lagi? Kok aku ogah ya, kasian anuku kalau berhubungan bakal sakit, haaaa
Kenapa sih masih diingat-ingat lagi? Temennya mantan yang baca ini pasti bahagia sekali ya kalau aku masih mengingat-ingatnya (aibnya dan semua sakit pedihku). Ya pasti kejadian selama pernikahan kemarin itu masih ada beberapa yang kuingat. Dan itu tidak mudah untuk melupakan seperti membalik telapak tangan. Semuanya membutuhkan waktu dan proses perjalananku hingga bisa sampai seperti sekarang ini dan ini memang tidak mudah. Bulan Desember 2020 itu akan selalu kuingat sebagai keberanianku saat aku memutuskan untuk meninggalkannya dan menjanda untuk kedua kalinya.
Harus menjalani semua dengan sendirian walau pun sejak dari dulu memang sudah sering mencari uang sendiri, dan semua ini aku ikhlas menjalani. Kemudian ketemu orang-orang yang dengan entengnya bertanya gimana kabar mantan? Aku sudah bisa ikhlas menerima pertanyaan-pertanyaan gak berguna itu. Ya nggak salah mereka bertanya, tetapi hellowww.. kamu nanyakkk??
Tetapi, tahukah kalian? Aku sebetulnya banyak belajar dari semua ini. Ya belajar lebih mandiri, harus bisa membuat keputusan dalam waktu cepat, harus bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki seperti mengganti keran bocor, ke bengkel, memotong rumput, mengangkat barang-barang berat dan pekerjaan lelaki lainnya. Dan aku memang belajar melakukan semua ini dengan ikhlas. Aku harus menjalani konsekuensi ini, yaitu perceraian ini memang yang aku inginkan karena saat menjalani pernikahan aku merasa banyak mudaratnya (banyak sakit dan hutang) dari pada manfaatnya. Ini sih aku mengutip apa kata Pak Hakim ya, hehe.
Baca juga:
Pengalaman Sidang Cerai Gugat di Pengadilan Agama Malang
Ketika aku menjalankan semua ini dengan ikhlas, juga dengan rasa bahagia di mana aku berada di titik high vibes maka rejeki akan selalu mengalir terus. Ikhlas itu menurutku memang Easy to Say, tetapiiii Hard to Do. Sebelumnya tahun 2018 aku yang mau gugat cerai merasa malu karena aku akan menjanda lagi untuk yang kedua kalinya. Akhirnya di ujung tahun 2020 aku BERANI memutuskan untuk menggugat cerai. Mencoba menjalani peran ganda ini dengan ikhlas dan Alhamdulillah, Allah selalu melindungiku dan selalu memberi hambanya ini dengan kemurahan rejeki dariNya.
Kenapa sih gak coba ikhlas waktu menjalani pernikahan sama mantan? Ya pasti sudah dong semua dijalankan dengan ikhlas, hingga support rumah tangga dengan mencari uang sendiri, tetapi ketika harga diri gue diinjak-injak ya wassalam. Wkwkw... Jadi konteksnya beda ya gaesss.
Dan apalah aku yang hanya freelancer, bukan karyawan kantoran yang bisa setiap bulannya mendapat fix income. Tetapi Alhamdulillah bisa hidup di kota ini karena izinNya dan kemurahanNya, hingga bisa membiayai anakku kuliah. Gusti Allah mboten sare, gaesss. Emang kerjaan aku apa sih? Aku cuman tukang rias dan tukang ketik di blog www.happydyah.com. Intinya nih, selama aku masih on track di jalanNya, In Shaa Allah semua akan berjalan lancar dan barokah, Aamiin YRA.
Untuk kalian para janda yang membaca artikel ini, semangat ya jeeeengs. Kalian memiliki kemampuan untuk membersamai anak hingga mereka nanti meninggalkan kita emaknya. Lakukan semua dengan ikhlas walau pun akan berat menjalani semuanya dan itu akan menjadi proses dalam perjalanan hidup kalian. Kalau diberi amanah, lakukan pekerjaan tersebut dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Ikhlas itu, easy to say but hard to do. But I believe I CAN DO IT.